Tampilkan postingan dengan label Khutbah. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Khutbah. Tampilkan semua postingan

Kamis, 27 November 2025

Published November 27, 2025 by Media Dakwah with 0 comment

Khutbah Jumat, Bahaya Hawa Nasfu

 


Khutbah I 

الْحَمْدُ لِلهِ وَاسِعِ الْفَضْلِ وَالْاِحْسَانِ، وَمُضَاعِفِ الْحَسَنَاتِ لِذَوِي الْاِيْمَانِ، اَلْغَنِيِّ الَّذِيْ لَمْ تَزَلْ سَحَائِبُ جُوْدِهِ تَسِحُّ الْخَيْرَاتِ كُلَّ وَقْتٍ وَأَوَانٍ، العَلِيْمِ الَّذِيْ لَا يَخْفَى عَلَيْهِ خَوَاطِرُ الْجَنَانِ، اَلْحَيِّ الْقَيُّوْمِ الَّذِيْ لَاتَغِيْضُ نَفَقَاتُهُ بِمَرِّ الدُّهُوْرِ وَالْأَزْمَانِ. أَحْمَدُهُ حَمْدًا يَفُوْقُ الْعَدَّ وَالْحُسْبَانَ، وَأَشْكُرُهُ شُكْرًا نَنَالُ بِهِ مِنْهُ مَوَاهِبَ الرِّضْوَانِ

أَشْهَدُ أَنْ لَا اِلَهَ اِلَّا الله وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ دَائِمُ الْمُلْكِ وَالسُّلْطَانِ. وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ وَخِيْرَتُهُ مِنْ نَوْعِ الْاِنْسَانِ، نَبِيٌّ رَفَعَ اللهُ بِهِ الْحَقَّ حَتَّى اِتَّضَحَ وَاسْتَبَانَ.

اللّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى أَلِهِ وَأَصْحَابِهِ أَهْلِ الصِّدْقِ وَالْاِحْسَانِ.

أَمَّا بَعْدُ: فَيَا عِبَادَ اللهِ أُوْصِيْكُمْ وَاِيَايَ أَوَّلاً بِتَقْوَى اللهِ تَعَالىَ وَطَاعَتِهِ بِامْتِثَالِ أَوَامِرِهِ وَاجْتِنَابِ نَوَاهِيْهِ.

 قَالَ اللهُ تَعَالَى فِيْ كِتَابِهِ الْكَرِيْمِ: اَلَّذِيۡنَ يُنۡفِقُوۡنَ اَمۡوَالَهُمۡ بِالَّيۡلِ وَالنَّهَارِ سِرًّا وَّعَلَانِيَةً فَلَهُمۡ اَجۡرُهُمۡ عِنۡدَ رَبِّهِمۡۚ وَلَا خَوۡفٌ عَلَيۡهِمۡ وَلَا هُمۡ يَحۡزَنُوۡنَ‏

Ma’asyiral Muslimin jamaah Jumat yang dirahmati Allah 

Kami selaku Khatib tak henti-hentinya mengajak dan mengingatkan kepada kami sendiri, keluarga dan semua jamaah yang hadir pada pelaksanaan shalat Jumat ini, untuk terus meningkatkan iman dan takwa, serta mengamalkan ajaran Islam dalam kehidupan sehari-hari. 

Ma’asyiral Muslimin jamaah Jumat yang dirahmati Allah 

Sebagai manusia kita dituntut untuk waspada dan berhati-hati terhadap nafsu buruk yang menunggu lengahnya diri seseorang jatuh pada kesenangan nafsu. Hawa nafsu adalah keinginan yang ada pada diri manusia yang sering kali mengarah pada hal-hal yang bertentangan dengan syariat Allah.

Dalam banyak ayat dan hadist disebutkan cela hawa nafsu sebagai inti dari akhlak buruk, nampak dalam perbuatan dan terselubung dengan sesuatu yang menutupinya dan sebagai pintu masuk kejahatan. 

Sebuah hadis Qudsi dalam Al-Kafi dari Imam Baqir dikatakan, Nabi Muhammad SAW telah bersabda, Allah SWT berfirman, Demi Kemulian-Ku, kebesaran-Ku, cahaya-Ku, keagungan-Ku, dan demi tingginya derajat-Ku, jika hamba-Ku lebih memilih hawa nagsunya dari pada harapan-Ku, Aku jadikan dia dalam kebingungan. Aku jadikan hidupnya di dunia ini dalam kesusahan dan hatinya terpikat pada dunia ini meskipun tidak Aku berikan kepadanya apa pun selain dari pada yang telah Aku takdirkan baginya. Demi kehormatan-Ku, kemualian-Ku, bila hamba-Ku lebih menyukai apa yang menjadi harapan-Ku dari pada hawa nafsu-Nya, malaikat-malaikat akan melindunginya, langit dan bumi akan menjamin rezeqi baginya, dan Aku menjaga jalan (perdagangan amal dan pahalnya) dan membawakan dunia untuknya meskipun ia (bumi) enggan dan menolaknya.

Hadist Qudsi tersebut adalah hadist sahih, yang teks dan kata-katanya memberi kesaksian akan keasliannya, dan sumbernya tak lain adalah Allah SWT, sumber dari semua pengetahuan.

Allah SWT berfirman dalam surat Al-Jatsiyah 23:

أَفَرَأَيْتَ مَنِ اتَّخَذَ إِلَهَهُ هَوَاهُ وَأَضَلَّهُ اللَّهُ عَلَى عِلْمٍ وَخَتَمَ عَلَى سَمْعِهِ وَقَلْبِهِ وَجَعَلَ عَلَى بَصَرِهِ غِشَاوَةً فَمَنْ يَهْدِيهِ مِنْ بَعْدِ اللَّهِ أَفَلا تَذَكَّرُونَ (23(

Artinya :  Maka pernahkah kamu melihat orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai tuhannya dan Allah membiarkannya sesat berdasarkan ilmu-Nya, dan Allah telah mengunci mati pendengaran dan hatinya dan meletakkan tutupan atas penglihatannya? Maka siapakah yang akan memberinya petunjuk sesudah Allah (membiarkan­nya sesat). Maka mengapa kamu tidak mengambil pelajaran?. (Al-Jatsiyah: 23)

 

Semakna dengan apa yang disebutkan oleh firman-Nya dalam surat Al-A’raf:186:

مَنْ يُضْلِلِ اللَّهُ فَلا هَادِيَ لَهُ وَيَذَرُهُمْ فِي طُغْيَانِهِمْ يَعْمَهُونَ(186(

Artinya :Barang siapa yang Allah sesatkan, maka baginya tak ada orang yang akan memberi petunjuk. Dan Allah membiarkan mereka terombang-ambing dalam kesesatan. (Al-A'raf: 186)

 

Ma’asyiral Muslimin jamaah Jumat yang dirahmati Allah 

Amirul Mukminin, Ali bin Ali Thalib mengatakan, “Aku khawatir atas kamu dua hal, yaitu sikap tunduk pada hawa nafsu dan memelihara keinginan yang tak terkendali. Karena nafsu itu menjauhkan kita dari haq (kebenaran, takwa, dan Allah); dan karena pengharapan yang tak terkendali membuat orang lupa akan hari kemudian.

Imam Asy-Sya’bi berkata : “dinamakan hawa (nafsu) karena menjatuhkan pemiliknya ke dalam neraka”. Maka hawa (nafsu) biang keladi dari semua celaka.

Dalam Al-Kafi, Imam Ja’far Ash-Shadiq berkata, berhati-hatilah terhadap nafsumu sebagaimana engkau berjaga diri dari musuhmu karena tidak ada musuh yang lebih berbahaya bagi manusia daripada nafsu mereka sendiri dan akibat dari segala yang mereka katakan. Ingatlah bahwa nafsu itu tidak ada habisnya dan takkan pernah terpuaskan. Bila seseorang melangkah setapak untuk menurutinya, ia akan terikat untuk melangkah lebih jauh. Jika ia tunduk pada salah satu nafsunya, ia akan segera dipaksa mengikuti sejumlah nafsu lain lagi. Jadi, setiaplangkah tunduk (pada nasfu) akan membuka dirimu terhadap sejumlah watak tercela yang menggiringnya dan melalui itu semua, engkau akan menjadi korban seribu macam hal yang amat dibenci, semua jalan menuju Allah tertutup bagi manusia yang menjadi budak nafsu”.

Ma’asyiral Muslimin jamaah Jumat yang dirahmati Allah. di akhir khutbah ini mari kita terus memohon kepada Allah untuk diberi kekuatan dan keistiqomahan dalam ketaatan dan ibadah dan selau dipermudah untuk menuju jalan yang diridhoi Allah SWT.


بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِيْ هَذَا الْيَوْمِ الْكَرِيْمِ، وَنَفَعَنِيْ وَاِيَاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ الصَّلَاةِ وَالصَّدَقَةِ وَتِلَاوَةِ الْقُرْاَنِ وَجَمِيْعِ الطَّاعَاتِ، وَتَقَبَّلَ مِنِّيْ وَمِنْكُمْ جَمِيْعَ أَعْمَالِنَا إِنَّهُ هُوَ الْحَكِيْمُ الْعَلِيْمُ، أَقُوْلُ قَوْلِيْ هَذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ لِيْ وَلَكُمْ، فَاسْتَغْفِرُوْهُ، اِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ

 

 Khutbah II 

اَلْحَمْدُ للهِ حَمْدًا كَمَا أَمَرَ. أَشْهَدُ أَنْ لَااِلَهَ اِلَّا الله وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، اِلَهٌ لَمْ يَزَلْ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ وَكِيْلًا. وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ وَحَبِيْبُهُ وَخَلِيْلُهُ، أَكْرَمِ الْأَوَّلِيْنَ وَالْأَخِرِيْنَ، اَلْمَبْعُوْثِ رَحْمَةً لِلْعَالَمِيْنَ. اللهم صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلىَ أَلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَمَنْ كَانَ لَهُمْ مِنَ التَّابِعِيْنَ، صَلَاةً دَائِمَةً بِدَوَامِ السَّمَوَاتِ وَالْأَرْضِيْنَ

 أَمَّا بَعْدُ: فَيَا أَيُّهَا الْحَاضِرُوْنَ اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَذَرُوْا الْفَوَاحِشَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ. وَحَافِظُوْا عَلَى الطَّاعَةِ وَحُضُوْرِ الْجُمْعَةِ وَالْجَمَاعَةِ وَالصَّوْمِ وَجَمِيْعِ الْمَأْمُوْرَاتِ وَالْوَاجِبَاتِ. وَاعْلَمُوْا أَنَّ اللهَ أَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ بَدَأَ بِنَفْسِهِ. وَثَنَى بِمَلَائِكَةِ الْمُسَبِّحَةِ بِقُدْسِهِ. إِنَّ اللَّهَ وَمَلائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيماً

 اَللّهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى أَلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى سَيِّدِنَا اِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى أَلِ سَيِّدِنَا اِبْرَاهِيْمَ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى أَلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى سَيِّدِنَا اِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى أَلِ سَيِّدِنَا اِبْرَاهِيْمَ فِيْ العَالَمِيْنَ اِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. اَللّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ اَلْأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وِالْأَمْوَاتِ. اَللّهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا الْبَلَاءَ وَالْغَلَاءَ وَالْوَبَاءَ وَالْفَحْشَاءَ وَالْمُنْكَرَ وَالْبَغْيَ وَالسُّيُوْفَ الْمُخْتَلِفَةَ وَالشَّدَائِدَ وَالْمِحَنَ، مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ، مِنْ بَلَدِنَا هَذَا خَاصَةً وَمِنْ بُلْدَانِ الْمُسْلِمِيْنَ عَامَةً، اِنَّكَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ

 عِبَادَ اللهِ، اِنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالْاِحْسَانِ وَاِيْتَاءِ ذِيْ الْقُرْبَى وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالْبَغْيِ، يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ. فَاذْكُرُوْا اللهَ الْعَظِيْمَ يَذْكُرُكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ

 

Read More

Rabu, 26 November 2025

Published November 26, 2025 by Media Dakwah with 0 comment

Materi untuk Penyuluhan kitab burdah bait 19-20

Bait Burdah ke-19 :

وَالنَّفْسُ كَالطِّفْلِ اِنْ تُهْمِلْهُ شَبَّ عَلى 

حُبِّ الرَضَاعِ وَاِنْ تَفْطِمْهُ يَنْفَطِمِ

 “Nafsu itu ibarat bayi, jika dirinya tetap menyusu ia akan terus menyusu, bila ia disapih maka ia akan berhenti.”

Setelah membicarakan keburukan hawa nafsu dan siasat/cara dalam mengalahkan hawa nafsu. Dalam bait ini penyair memperkuat ikhtiyar seorang yang sedang melawan nafsunya, bahwa dengan usanya yang kuat maka akan dapat memutus atau mengakhiri kemaksiatan yang berasal dari dorongan hawa nafsu dan Penyair mengibaratkan nafsu seperti bayi dengan Asi ibunya, dimana jika bayi terus tetap menyusu, maka bayi tersebut akan terus menyusu, bila ia disapih maka ia akan berhenti.

Sebagain ulama ditanya tentang Islam,

سُئِلَ بَعْضُهُمْ عَنِ الْأِسْلَامِ فَقَاَل ذَبْحُ النَّفْسِ بِسَيْفِ الْمُجَاهَدَةِ وَمَدَى الْمُخَالَفَةِ

Kemudian dijawab, Yaitu dengan membunuh hawa nafsunya dengan pedang mujahadah dan terus melawan keinginan hawa nafsu.

Ketika keterangan bait ini dikaitkan dengan bait sebelumnya فَلَا تَرُمْ باِلْمَعَاصِي كَسْرَشَهْوَتِهَا Maka jangan berharap dapat memecah syahwat dengan melakukan suatu kemaksiatan” artinya seorang yang ingin terbebas dari kebiasaan maksiat harus berhenti dari apa yang menjadi kebiasaanya. karena sesungguhnya syahwat Nafsu dalam kemaksiatan itu seperti seperti bayi, yang   jika dirinya tetap menyusu ia akan terus menyusu, bila ia disapih maka ia akan berhenti.

Artinya membiarkan dan mengabaikan hawa nafsu dalam dirinya, serta tidak ada penolakan dalam dirinya ketika nafsu menggoda untuk maksiat, maka kecenderungan terhadap maksiat akan menjadi kuat. Tetapi apabila ia meninggalkan kecenderungan yang mendesak untuk melakukan keburukan dan menyempurnakannya dengan melakukan riyadoh dan ketaatan, maka ia akan dihiasi dengan perhiasaan orang-orang yang taat, dan akan dihiasi dengan pakaian orang-orang yang bertakwa, dan akan bersinar dengan cemerlangnya sinar ilmu-ilmu keyakinan dan pengetahuan tentang Ketuhanan.

 

Bait Burdah ke-20 :

فَاصْرِفْ هَوَاهَا وَحَاذِرْ أَنْ تُوِلِّيَهُ 

إِنَّ اْلهَوى مَا تَوَلّى يُصِمْ أَوْيَصِم

Hindarilah keinginan nafsu, dan waspadalah agar nafsu tidak menguasaimu, sesungguhnya hawa nafsu itu apabila berkuasa akan membunuh atau menjelekan

 

Dalam bait ini penggunaan kata  حاذر mengandung suatu isyarat untuk waspada dan berhati-hati terhadap nafsu yang menunggu lengahnya diri seseorang jatuh pada kesenangan nafsu. Berpaling dari keinginan buruk nafsu dengan tidak mengikuti keinginannya sebab nafsu amarah mengajak kepada kesesatan tiada kebaikan baginya.

Imam al-Bajuri mengingatkan, bahwa nafsu itu melemparkan manusia kepada keinginan buruknya (hawa nafsu). Maka apabila hawa nafsu diberi kekuasaan dan berkuasa akan membuat seseorang hancur dan membuat cela pada dirinya.

Amirul Mukminin, Ali bin Ali Thalib mengatakan, “Aku khawatir atas kamu dua hal, yaitu sikap tunduk pada hawa nafsu dan memelihara keinginan yang tak terkendali. Karena nafsu itu menjauhkan kita dari haq (kebenaran, takwa, dan Allah); dan karena pengharapan yang tak terkendali membuat orang lupa akan hari kemudian.

Secara harfiah, kata “hawiyah” berarti mencintai, menggairahi, sangat menyukai sesuatu. Sesuatu sangat dikehendaki seseorang karena dorongan alamiyahnya. Jika tidak dikendalikan oleh akal dan syariat Islam maka wujud jasmaniah manusia cenderung pada gairah dan nafsu. Aka tetapi, kemungkinan penggunaan “hawa” sebagai istilah yang sah di sini (haqiqah Syar’iyyah) adalah dengan arti khusus, yakni kecenderungan pada isyarat-isyarat setan untuk menetapkan tujuan hidup demi kepuasan di luar syariat yang telah ditetapkan oleh Sang Pencipta.

Keburukan sikap tunduk pada nasfu menurut Al-Quran sebagaimana difirmankan oleh Allah SWT dalam surat Al-Qashah ayat 50-51:

فَإِنْ لَمْ يَسْتَجِيبُوا لَكَ فَاعْلَمْ أَنَّمَا يَتَّبِعُونَ أَهْوَاءَهُمْ وَمَنْ أَضَلُّ مِمَّنَ اتَّبَعَ هَوَاهُ بِغَيْرِ هُدًى مِنَ اللَّهِ إِنَّ اللَّهَ لا يَهْدِي الْقَوْمَ الظَّالِمِينَ (50) وَلَقَدْ وَصَّلْنَا لَهُمُ الْقَوْلَ لَعَلَّهُمْ يَتَذَكَّرُونَ (51(

Artinya : Maka jika mereka tidak menjawab (tantanganmu), ketahuilah bahwa sesungguhnya mereka hanyalah mengikuti hawa nafsu mereka (belaka). Dan siapakah yang lebih sesat daripada orang yang mengikuti hawa nafsunya dengan tidak mendapat petunjuk dari Allah sedikit pun. Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang zalim. Dan sesungguhnya telah Kami turunkan berturut-turut perkataan ini (Al-Qur'an) kepada mereka agar mereka mendapat pelajaran.(QS. Suart Al- Qashah: 50-51)

Ayat di atas menegaskan bahwa Allah SWT. Mencela tunduk pada nafsu. Dalam sebuah hadis Qudsi dalam Al-Kafi dari Imam Baqir dikatakan, Nabi Muhammad SAW telah bersabda, Allah SWT berfirman, Demi Kemulian-Ku, kebesaran-Ku, cahaya-Ku, keagungan-Ku, dan demi tingginya derajat-Ku, jika hamba-Ku lebih memilih hawa nagsunya dari pada harapan-Ku, Aku jadikan dia dalam kebingungan. Aku jadikan hidupnya di dunia ini dalam kesusahan dan hatinya terpikat pada dunia ini meskipun tidak Aku berikan kepadanya apa pun selain dari pada yang telah Aku takdirkan baginya. Demi kehormatan-Ku, kemualian-Ku, bila hamba-Ku lebih menyukai apa yang menjadi harapan-Ku dari pada hawa nafsu-Nya, malaikat-malaikat akan melindunginya, langit dan bumi akan menjamin rezeqi baginya, dan Aku menjaga jalan (perdagangan amal dan pahalnya) dan membawakan dunia untuknya meskipun ia (bumi) enggan dan menolaknya.

Hadist Qudsi tersebut adalah hadist sahih, yang teks dan kata-katanya memberi kesaksian akan keasliannya, dan sumbernya tak lain adalah Allah SWT, sumber dari semua pengetahuan.

Dalam banyak ayat dan hadist disebutkan cela hawa nafsu sebagai inti dari akhlak buruk, nampak dalam perbuatan dan terselubung dengan sesuatu yang menutupinya dan sebagai pintu masuk kejahatan. Allah SWT berfirman dalam surat Al-Jatsiyah 23:





أَفَرَأَيْتَ مَنِ اتَّخَذَ إِلَهَهُ هَوَاهُ وَأَضَلَّهُ اللَّهُ عَلَى عِلْمٍ وَخَتَمَ عَلَى سَمْعِهِ وَقَلْبِهِ وَجَعَلَ عَلَى بَصَرِهِ غِشَاوَةً فَمَنْ يَهْدِيهِ مِنْ بَعْدِ اللَّهِ أَفَلا تَذَكَّرُونَ (23(

Arttinya : Maka pernahkah kamu melihat orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai tuhannya dan Allah membiarkannya sesat berdasarkan ilmu-Nya, dan Allah telah mengunci mati pendengaran dan hatinya dan meletakkan tutupan atas penglihatannya? Maka siapakah yang akan memberinya petunjuk sesudah Allah (membiarkan­nya sesat). Maka mengapa kamu tidak mengambil pelajaran?. (Al-Jatsiyah: 23)

 

Semakna dengan apa yang disebutkan oleh firman-Nya:

مَنْ يُضْلِلِ اللَّهُ فَلا هَادِيَ لَهُ وَيَذَرُهُمْ فِي طُغْيَانِهِمْ يَعْمَهُونَ(186(

Artinya : Barang siapa yang Allah sesatkan, maka baginya tak ada orang yang akan memberi petunjuk. Dan Allah membiarkan mereka terombang-ambing dalam kesesatan. (Al-A'raf: 186)

Imam Asy-Sya’bi berkata : “dinamakan hawa (nafsu) karena menjatuhkan pemiliknya ke dalam neraka”. Maka hawa (nafsu) biang keladi dari semua celaka.

Dalam Al-Kafi, Imam Ja’far Ash-Shadiq berkata, berhati-hatilah terhadap nafsumu sebagaimana engkau berjaga diri dari musuhmu karena tidak ada musuh yang lebih berbahaya bagi manusia daripada nafsu mereka sendiri dan akibat dari segala yang mereka katakan. Ingatlah bahwa nafsu itu tidak ada habisnya dan takkan pernah terpuaskan. Bila seseorang melangkah setapak untuk menurutinya, ia akan terikat untuk melangkah lebih jauh. Jika ia tunduk pada salah satu nafsunya, ia akan segera dipaksa mengikuti sejumlah nafsu lain lagi. Jadi, setiaplangkah tunduk (pada nasfu) akan membuka dirimu terhadap sejumlah watak tercela yang menggiringnya dan melalui itu semua, engkau akan menjadi korban seribu macam hal yang amat dibenci, semua jalan menuju Allah tertutup bagi manusia yang menjadi budak nafsu”


Read More

Rabu, 09 Juli 2025

Published Juli 09, 2025 by Media Dakwah with 0 comment

Khutbah Jumat, Meneladani Kedermawanan Rasulullah SAW

 


Khutbah I 

الْحَمْدُ لِلهِ وَاسِعِ الْفَضْلِ وَالْاِحْسَانِ، وَمُضَاعِفِ الْحَسَنَاتِ لِذَوِي الْاِيْمَانِ، اَلْغَنِيِّ الَّذِيْ لَمْ تَزَلْ سَحَائِبُ جُوْدِهِ تَسِحُّ الْخَيْرَاتِ كُلَّ وَقْتٍ وَأَوَانٍ، العَلِيْمِ الَّذِيْ لَا يَخْفَى عَلَيْهِ خَوَاطِرُ الْجَنَانِ، اَلْحَيِّ الْقَيُّوْمِ الَّذِيْ لَاتَغِيْضُ نَفَقَاتُهُ بِمَرِّ الدُّهُوْرِ وَالْأَزْمَانِ. أَحْمَدُهُ حَمْدًا يَفُوْقُ الْعَدَّ وَالْحُسْبَانَ، وَأَشْكُرُهُ شُكْرًا نَنَالُ بِهِ مِنْهُ مَوَاهِبَ الرِّضْوَانِ

أَشْهَدُ أَنْ لَا اِلَهَ اِلَّا الله وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ دَائِمُ الْمُلْكِ وَالسُّلْطَانِ. وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ وَخِيْرَتُهُ مِنْ نَوْعِ الْاِنْسَانِ، نَبِيٌّ رَفَعَ اللهُ بِهِ الْحَقَّ حَتَّى اِتَّضَحَ وَاسْتَبَانَ. اللّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى أَلِهِ وَأَصْحَابِهِ أَهْلِ الصِّدْقِ وَالْاِحْسَانِ. أَمَّا بَعْدُ: فَيَا عِبَادَ اللهِ أُوْصِيْكُمْ وَاِيَايَ أَوَّلاً بِتَقْوَى اللهِ تَعَالىَ وَطَاعَتِهِ بِامْتِثَالِ أَوَامِرِهِ وَاجْتِنَابِ نَوَاهِيْهِ. قَالَ اللهُ تَعَالَى فِيْ كِتَابِهِ الْكَرِيْمِ: اَلَّذِيۡنَ يُنۡفِقُوۡنَ اَمۡوَالَهُمۡ بِالَّيۡلِ وَالنَّهَارِ سِرًّا وَّعَلَانِيَةً فَلَهُمۡ اَجۡرُهُمۡ عِنۡدَ رَبِّهِمۡۚ وَلَا خَوۡفٌ عَلَيۡهِمۡ وَلَا هُمۡ يَحۡزَنُوۡنَ‏

Ma’asyiral Muslimin jamaah Jumat yang dirahmati Allah 

Kami selaku Khatib tak henti-hentinya mengajak dan mengingatkan kepada kami sendiri, keluarga dan semua jamaah yang hadir pada pelaksanaan shalat Jumat ini, untuk terus meningkatkan iman dan takwa, serta mengamalkan ajaran Islam dalam kehidupan sehari-hari. 

Ma’asyiral Muslimin jamaah Jumat yang dirahmati Allah 

Termasuk akhlaq mulia yang diajarkan oleh Nabi bagi seorang muslim adalah saling mengasihi, suka memberi pertolongan ketika orang lain membutuhkan dan bersedekah. 

Rasulullah adalah orang suka memberi. Tidak menimbun harta kekayaan untuk diri atau keluarga sendiri. Rasulullah tidak segan-segan memberikan hartanya kepada sahabat yang membutuhkan, meski dirinya pada saat itu juga dalam keadaan butuh. Kedermawanan Rasulullah tidak diragukan lagi. Sehingga Anas bin Malik, salah satu pelayan Rasulullah, menilai kalau Rasulullah adalah orang paling dermawan (ajwadun nas). 

Dalam hadist disebutkan:

 كَانَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَجْوَدَ النَّاسِ بِالْخَيْرِ ، وَكَانَ أَجْوَدَ مَا يَكُوْنُ فِيْ شَهْرِ رَمَضَانَ حَتَّى يَنْسَلِخَ ، فَيَأْتِيْهِ جِبْرِيْلُ فَيُعْرَضُ عَلَيْهِ اْلقُرْآنَ ، فَإِذًا لَقِيَهَ جِبْرِيْلُ كَانَ رسُوْلُ اللهِ أَجْوَدَ بِاْلخَيْرِ مِنَ الرِّيْحِ الْمُرْسَلَةِ

Artinya : "Rasulullah SAW merupakan orang yang paling dermawan. Kedermawanan beliau semakin meningkat pada bulan Ramadhan saat malaikat Jibril menemui beliau. Ia menemui Rasulullah SAW. setiap malam bulan Ramadhan, lalu ia mengajari Rasulullah SAW. al-Qur'an. Sungguh, kedermawanan Rasulullah SAW. dalam kebaikan melebihi angin yang berhembus". (H.R. Al-Bukhari).

Ma’asyiral Muslimin jamaah Jumat yang dirahmati Allah 

Rasulullah ﷺ adalah uswatun hasanah yang harus jadi panutan kita dalam mengarungi hidup dan kehidupan ini. Beliau merupakan sosok yang ramah, amanah, dan jauh dari kata pemarah. Beliau adalah orang yang paling dermawan bahkan dengan orang yang memusuhinya sekalipun. Saking dermawannya beliau tidak pernah menolak atau mengatakan ‘tidak’ jika ada seseorang yang meminta bantuannya.

Dari Abu Hurairah Radhiyallahu ‘anhu bahwa Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

مَنْ نَفَّسَ عَنْ مُؤْمِنٍ كُرْبَةً مِنْ كُرَبِ الدُّنْيَا، نَفَّسَ اللهُ عَنْهُ كُرْبَةً مِنْ كُرَبِ يَوْمِ الْقِيَامَةِ، وَمَنْ يَسَّرَ عَلَى مُعْسِرٍ يَسَّرَ اللهُ عَلَيْهِ فِي الدُّنْيَا وَالْآخِرَةِ، وَاللهُ فِيْ عَوْنِ الْعَبْدِ مَا كَانَ الْعَبْدُ فِي عَوْنِ أَخِيْهِ.

Artinya : “Barangsiapa menghilangkan suatu kesusahan dari seorang muslim dari kesusahan-kesusahan dunia, niscaya Allah akan menghilangkan darinya kesusahan dari kesusahan-kesusahan akhirat. Dan barangsiapa yang memberi kemudahan kepada orang yang mu’sir (kesulitan membayar hutang), niscaya Allah akan memudahkannya di dunia dan di akhirat. Dan Allah selalu menolong hamba-Nya selama hamba tersebut menolong saudaranya.”

Ma’asyiral Muslimin jamaah Jumat yang dirahmati Allah 

Banyak sekali dalil yang menunjukan keutamaan orang yang berlaku dermawan dalam hidupnya, diantaranya dalam Al-Qur’an Allah SWT memberi keutamaan besar bagi yang mau menyedekahkan hartanya untuk menggapai ridha Allah SWT. Dalam Al-Qur’an surat AL-Baqarah: 274 Allah SWT berfirman:

اَلَّذِيۡنَ يُنۡفِقُوۡنَ اَمۡوَالَهُمۡ بِالَّيۡلِ وَالنَّهَارِ سِرًّا وَّعَلَانِيَةً فَلَهُمۡ اَجۡرُهُمۡ عِنۡدَ رَبِّهِمۡۚ وَلَا خَوۡفٌ عَلَيۡهِمۡ وَلَا هُمۡ يَحۡزَنُوۡنَ‏  ٢٧٤

Artinya : Orang-orang yang menginfakkan hartanya malam dan siang hari (secara) sembunyi-sembunyi maupun terang-terangan, mereka mendapat pahala di sisi Tuhannya. Tidak ada rasa takut pada mereka dan mereka tidak bersedih hati.

Ma’asyiral Muslimin jamaah Jumat yang dirahmati Allah 

Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam pernah bersabda,

أَلرَّاحِمُوْنَ يَرْحَمُهُمْ الرَّحْمٰنُ تَبَارَكَ وَتَعَالٰى؛ ِارْحَمُوْا مَنْ فِي اْلأَرْضِ يَرْحَمْكُمْ مَنْ فِي السَّمَاءِ.

Artinya : “Orang yang memberi kasih sayang, maka dia akan mendapatkan kasih sayang dari Ar-Rahman (Allah) Tabaraka Wata’ala. Sayangilah orang yang di bumi, niscaya kamu akan mendapatkan kasih sayang dari Yang berada di atas langit (Allah).” (HR. Abu Dawud)

بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِيْ هَذَا الْيَوْمِ الْكَرِيْمِ، وَنَفَعَنِيْ وَاِيَاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ الصَّلَاةِ وَالصَّدَقَةِ وَتِلَاوَةِ الْقُرْاَنِ وَجَمِيْعِ الطَّاعَاتِ، وَتَقَبَّلَ مِنِّيْ وَمِنْكُمْ جَمِيْعَ أَعْمَالِنَا إِنَّهُ هُوَ الْحَكِيْمُ الْعَلِيْمُ، أَقُوْلُ قَوْلِيْ هَذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ لِيْ وَلَكُمْ، فَاسْتَغْفِرُوْهُ، اِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ


Khutbah II 

اَلْحَمْدُ للهِ حَمْدًا كَمَا أَمَرَ. أَشْهَدُ أَنْ لَااِلَهَ اِلَّا الله وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، اِلَهٌ لَمْ يَزَلْ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ وَكِيْلًا. وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ وَحَبِيْبُهُ وَخَلِيْلُهُ، أَكْرَمِ الْأَوَّلِيْنَ وَالْأَخِرِيْنَ، اَلْمَبْعُوْثِ رَحْمَةً لِلْعَالَمِيْنَ. اللهم صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلىَ أَلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَمَنْ كَانَ لَهُمْ مِنَ التَّابِعِيْنَ، صَلَاةً دَائِمَةً بِدَوَامِ السَّمَوَاتِ وَالْأَرْضِيْنَ

 أَمَّا بَعْدُ: فَيَا أَيُّهَا الْحَاضِرُوْنَ اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَذَرُوْا الْفَوَاحِشَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ. وَحَافِظُوْا عَلَى الطَّاعَةِ وَحُضُوْرِ الْجُمْعَةِ وَالْجَمَاعَةِ وَالصَّوْمِ وَجَمِيْعِ الْمَأْمُوْرَاتِ وَالْوَاجِبَاتِ. وَاعْلَمُوْا أَنَّ اللهَ أَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ بَدَأَ بِنَفْسِهِ. وَثَنَى بِمَلَائِكَةِ الْمُسَبِّحَةِ بِقُدْسِهِ. إِنَّ اللَّهَ وَمَلائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيماً

 اَللّهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى أَلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى سَيِّدِنَا اِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى أَلِ سَيِّدِنَا اِبْرَاهِيْمَ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى أَلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى سَيِّدِنَا اِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى أَلِ سَيِّدِنَا اِبْرَاهِيْمَ فِيْ العَالَمِيْنَ اِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. اَللّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ اَلْأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وِالْأَمْوَاتِ. اَللّهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا الْبَلَاءَ وَالْغَلَاءَ وَالْوَبَاءَ وَالْفَحْشَاءَ وَالْمُنْكَرَ وَالْبَغْيَ وَالسُّيُوْفَ الْمُخْتَلِفَةَ وَالشَّدَائِدَ وَالْمِحَنَ، مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ، مِنْ بَلَدِنَا هَذَا خَاصَةً وَمِنْ بُلْدَانِ الْمُسْلِمِيْنَ عَامَةً، اِنَّكَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ

 عِبَادَ اللهِ، اِنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالْاِحْسَانِ وَاِيْتَاءِ ذِيْ الْقُرْبَى وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالْبَغْيِ، يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ. فَاذْكُرُوْا اللهَ الْعَظِيْمَ يَذْكُرُكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ

Read More

Kamis, 12 Juni 2025

Published Juni 12, 2025 by Media Dakwah with 0 comment

Khutbah Jum'at Tema Kemuliaan Ilmu

 

Khutbah Tema Kemuliaan Ilmu

إِنَّ الْحَمْدَ لِلّٰهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلَا مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلَاهَادِيَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ، اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ أَجْمَعِيْنَ اَمَّا بَعْدُ،

فَيَاعِبَادَ اللّٰهِ، اِتَّقِ اللَّهَ حَيْثُمَا كُنْتَ وَأَتْبِعِ السَّيِّئَةَ الْحَسَنَةَ تَمْحُهَا وَخَالِقِ النَّاسَ بِخُلُقٍ حَسَنٍ. قَالَ اللّٰهُ تَعَالَى: وَالْعَصْرِ * إِنَّ الإنْسَانَ لَفِي خُسْرٍ *  إِِلَّا الَّذِینَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ وَتَوَاصَوْا بِالْحَقِّ وَتَوَاصَوْا بِالصَّبْرِ


Ma'asyiral Muslimin rahimakumullah Di awal khutbah, tak lupa Khatib berpesan kepada diri sendiri dan seluruh jamaah untuk bersungguh-sungguh agar meningkatkan taqwa kita kepada Allah SWT, dengan mengerjakan perintah-perintah-Nya dan menjauhi segala laranga-larangann-Nya.

Dalam Al-Qur’an manusia telah diberi motifasi untuk mendapat derajat luhur dengan menjadi seorang yang beriman dan menjadi ahli ilmu, dalam surat Al-Mujadalat ayat 11, Allah SWT berfirman:

Æ .....يَرْفَعِ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا مِنْكُمْ وَالَّذِينَ أُوتُوا الْعِلْمَ دَرَجَاتٍ وَاللَّهُ بِمَا تَعْمَلُونَ خَبِيرٌ (11)

Artinya:…….. “Niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. dan Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan. (Q.S Al-Mujadalat: 11).

Hadratu Syaikh Moh Hasyim Asy’ari dalam kitabnya Adabul ‘Alim Wal Muta’alim menerangkan bahwa, ayat diatas berarti Allah SWT akan mengangkat derajat orang-orang yang berilmu, sebab apa yang mereka kumpulkan dari ilmu dan mengamalkan ilmu.

Ilmu merupakan kategori warisan Nabi. Dalam hadist Nabi Muhammad SAW disebutkan;

مَنْ سَلَكَ طَرِيْقًا يَطْلُبُ فِيْهِ عِلْمًا ، سَلَكَ اللهُ بِهِ طَرِيْقًا مِنْ طُرُقِ الْجَنَّةِ ، وإنَّ الملائكةَ لَتَضَعُ أَجْنِحَتَهَا رِضًا لِطَالِبِ العِلْمِ ، وإِنَّ العَالِمَ لَيَسْتَغْفِرُ لَهُ مَنْ فِي السَّمَاوَاتِ وَمَنْ فيِ اْلأَرْضِ ، وَالْحِيْتَانُ فيِ جَوْفِ الْمَاءِ ، وَإِنَّ فَضْلَ اْلعَالِمِ عَلَى اْلعَابِدِ كَفَضْلِ اْلقَمَرِ لَيْلَةَ اْلبَدْرِ عَلىَ سَائِرِ اْلكَوَاكِبِ ، وَإِنَّ اْلعُلَمَاءَ وَرَثَةُ اْلأَنْبِيَاءِ ، وَإِنَّ اْلأَنْبِيَاءَ لَمْ يُوَرِّثُوا دِيْناَرًا وَلَا دِرْهَمًا ، وَرَّثُوا العِلمَ فَمَنْ أَخَذَهُ أَخَذَ بِحَظٍّ وَافِرٍ

Artinya : “Siapa yang menempuh jalan dalam rangka menuntut ilmu, maka Allah akan memudahkannya menempuh jalan ke syurga. Sesungguhnya Malaikat menurunkan sayapnya untuk menaungi penuntut ilmu karena ridha atas apa yang dilakukannya. Sesungguhnya semua makhluk yang berada di langit dan di bumi hingga ikan-ikan di lautan memintakan ampun untuk seorang ‘alim. Kelebihan seorang alim dibandingkan seorang ahli ibadah ialah ibarat bulan purnama dengan bintang-bintang, Sesungguhnya ulama ialah pewaris para nabi, dan sesungguhnya nabi tidak mewariskan dinar atau dirham, tetapi mereka mewariskan ilmu, siapa yang mendapatkannya maka dia telah mendapat keuntungan yang besar.” (HR. Abu Dawud no. 3641 , & Tirmidzi no. 2646)

Dan keluhuran derajat tidak akan bisa dicapai kecuali dengan bersusah payah. Dalam kitab Sahih muslim diriwayatkan bahwa Yahya bin Katsir berkata, Ilmu tidak bisa diperoleh dengan bersantai.’’ Dalam Hadis pun ada ungkapan bahwa jalan surga dipenuhi dengan hal-hal yang tidak disukai nafsu

Hadratu Syaikh Moh Hasyim Asy’ari menggabarkan, bahwa kecintaan ulama dahulu terhadap ilmu, yaitu sebagian ulama tidak meninggalkan aktivitas belajar ketika tertimpa sakit ringan. Mereka mencari obat penyembuh sakit itu dengan belajar dan menyibukan diri dengan ilmu semampu mereka.

Semoga kita senantiasa dan segenap anak-anak keturunan kita menjadi orang-orang yang dapat mencintai ilmu, sehingga dapat lebih mendekat menjadi hamba yang mencintai dan dicintai Allah SAW.

بَارَكَ اللهُ لِي وَلَكُمْ فِي اْلقُرْآنِ اْلعَظِيْمِ وَنَفَعَنِي وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ اْلآيَاتِ وَالذِّكْرِالْحَكِيْمِ. أَقُوْلُ قَوْلِيْ هٰذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللّٰهَ لِيْ وَلَكُمْ، فَاسْتَغْفِرُوْهُ، إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ

 


Khutbah II

اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ عَلىَ إِحْسَانِهِ وَالشُّكْرُ لَهُ عَلىَ تَوْفِيْقِهِ وَاِمْتِنَانِهِ. وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ اِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَاللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الدَّاعِى إلىَ رِضْوَانِهِ. اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وِعَلَى اَلِهِ وَاَصْحَابِهِ وَسَلِّمْ تَسْلِيْمًا كِثيْرًا أَمَّا بَعْدُ فَياَ اَيُّهَا النَّاسُ اِتَّقُوااللهَ فِيْمَا أَمَرَ وَانْتَهُوْا عَمَّا نَهَى

وَاعْلَمُوْا أَنَّ اللهَ أَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ بَدَأَ فِيْهِ بِنَفْسِهِ وَثَـنَى بِمَلآئِكَتِهِ بِقُدْسِهِ وَقَالَ تَعاَلَى إِنَّ اللهَ وَمَلآئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلىَ النَّبِى يآ اَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلِّمْ وَعَلَى آلِ سَيِّدِناَ مُحَمَّدٍ وَعَلَى اَنْبِيآئِكَ وَرُسُلِكَ وَمَلآئِكَةِ اْلمُقَرَّبِيْنَ وَارْضَ اللّهُمَّ عَنِ اْلخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ أَبِى بَكْرٍ وَعُمَر وَعُثْمَان وَعَلِى وَعَنْ بَقِيَّةِ الصَّحَابَةِ وَالتَّابِعِيْنَ وَتَابِعِي التَّابِعِيْنَ لَهُمْ بِاِحْسَانٍ اِلَىيَوْمِ الدِّيْنِ وَارْضَ عَنَّا مَعَهُمْ بِرَحْمَتِكَ يَا اَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ

اَللهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَاْلمُؤْمِنَاتِ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَاْلمُسْلِمَاتِ اَلاَحْيآءُ مِنْهُمْ وَاْلاَمْوَاتِ اللهُمَّ أَعِزَّ اْلإِسْلاَمَ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَأَذِلَّ الشِّرْكَ وَاْلمُشْرِكِيْنَ وَانْصُرْ عِبَادَكَ اْلمُوَحِّدِيَّةَ وَانْصُرْ مَنْ نَصَرَ الدِّيْنَ وَاخْذُلْ مَنْ خَذَلَ اْلمُسْلِمِيْنَ وَ دَمِّرْ أَعْدَاءَالدِّيْنِ وَاعْلِ كَلِمَاتِكَ إِلَى يَوْمَ الدِّيْنِ. اللهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا اْلبَلاَءَ وَاْلوَبَاءَ وَالزَّلاَزِلَ وَاْلمِحَنَ وَسُوْءَ اْلفِتْنَةِ وَاْلمِحَنَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ عَنْ بَلَدِنَا اِنْدُونِيْسِيَّا خآصَّةً وَسَائِرِ اْلبُلْدَانِ اْلمُسْلِمِيْنَ عآمَّةً يَا رَبَّ اْلعَالَمِيْنَ. رَبَّنَا ظَلَمْنَا اَنْفُسَنَاوَاِنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُوْنَنَّ مِنَ اْلخَاسِرِيْنَ. رَبَّنَا آتِناَ فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى اْلآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ.

عِبَادَ اللهِ ! إِنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِاْلعَدْلِ وَاْلإِحْسَانِ وَإِيْتآءِ ذِي اْلقُرْبىَ وَيَنْهَى عَنِ اْلفَحْشآءِ وَاْلمُنْكَرِ وَاْلبَغْي يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ وَاذْكُرُوا اللهَ اْلعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوْهُ عَلىَ نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرْ

Read More