Tampilkan postingan dengan label Penyuluh Islam. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Penyuluh Islam. Tampilkan semua postingan

Kamis, 27 November 2025

Published November 27, 2025 by Media Dakwah with 0 comment

Bait Burdah ke 103-104

 لا تعجبن لحسود راح ينكرها 

تجا هلا وهو عين الحا ذق الفهم

Jangan heran, orang hasud berjalan mengingkari. Berpura-pura bodoh padahal ia memahami 

Setelah penyair mensifatkan ayat-ayat Al-Quran dengan sifat-sifat yang disebutkan pada bait-bait sebelumnya, sehingga seseorang merasakan bagaimana menakjubkannya ayat-ayat Al-Quran. dan ketika ia berkata, "kalau demikian kenapa orang-orang kafir itu tetatp ingkar? 

kemudian dijawab dalam bait  لا تعجبن--- yaitu seharusnya tidak usah heran dengan keaadaan mereka orang-orang kafir, karena penyebabnya di sini adalah kedengkian (sifat hasud) yang menyebabkan mereka orang-orang kafir tetap ingkar terhadap keagungan Al-Quran yang sudah jelas dan tampak oleh mata mereka. mereka berpura-pura bodoh walau sebenarnya mereka mengetahui keagungan Al-Quran

 قد تنكر العين ضوء الشمس من رمد

وينكر الفم طعم الماء من سقم

Mata sakit tak percaya cahaya matahari, Rasa air, mulut sakit mengingkari 

Keadaan orang yang sedang terkena penyakit hasud yaitu seperti mata yang sedang sakit sehingga tidak dapat melihat sinar matahari. dan seperti mulut yang sakit yang tidak dapat mersakan rasanya air  

Keterangan bahaya sifat hasud (dengki) dalam kitab Bidayatul hidayah

القول في معاصى القلب


اعلم أن الصفات المذمومة في القلب كثيرة، وطريق تطهيرِ القلبِ من رذائلها طويلة، وسبيلَ العلاج فيها غامض، وقد اندرسَ بالكلية علمُه وعمَله؛ لغفلة الخلق عن أنفسهم واشتغالهم بزخارفِ الدنيا.


وقد استقصينا ذلك كله في كتاب (إحياء علوم الدين) في رُبع المهلكات وربع المنجيات، ولكنا نحذرك؛ فإنها مهلكات في أنفسها، وهي أمهات لجملة من الخبائب سواها: وهي الحسد، والرياء، والعجب؛ فاجتهد في تطهير قلبك منها؛ فإن قدرتَ عليها فتعلم كيفيةَ الحذَر من بقيتها من ربع المهلكات. فإن عجزت عن هذا، فأنت عن غيره أعجز.
ولا تظن أنك تَسلمُ بنية صالحة في تعَلَّم العلم، وفي قلبك شيء من الجسد والرياء والعجب، وقد قال صلى الله عليه وسلم: (ثلاث مهلكات: شح مطاع، وهوى متبع، وإعجاب المرء بنفسه(

الحسد

أما الحسد: فهو متشعب من الشُّحِّ، فإن البخيلَ هو الذي يَبخل بما في يده على غيره، والشحيح هوالذي يبخل بنعمة الله تعالى وهي في خزائن قدرته تعالى، لا في خزائنه، على عباد الله فشحُّه أعظم، والمحسود هو الذي يشُقُّ عليه إنعامُ الله تعالى من خِزائن قُدرته، على عبد من عباده بعلم أو مال أو محبة في قلوب الناس، أو حظّ من الحظوظ، حتى أنه ليُحب زوالها عنه، وإن لم يحصُل له بذلك شيء من تلك النعمة؛ فهذا منتهى الخبث؛ فلذلك قال النبي صلى الله عليه وسلم: )الحسد يأكل الحسنات كما تأكل النارالحطب(


والحسود هو المعذَّب الذي لا يُرحَم، ولا يزال في عذاب دائم في الدنيا إلى موته، ولعذابُ الآخرة أشد وأكبر.


بل لا يصِلُ العبدُ إلى حقيقة الإيمان ما لم يُحِبَّ لسائر الناس ما يُحِبُّ لنفسه، بل ينبغي ان يساهِمَ المسلمين في السراء والضراء؛ فالمسلمون كالبنيان الواحد يشد بعضه بعضا، وكالجسد الواحد إذا اشتكى منه عضو اشتكى سائر الجسد. فإن كنت لا تُصادفُ هذا من قلبك، فاشتغالك بطلب التَخَلَّصِ من الهَلَاك أهم من اشتغالك بنوادر الفروع وعلم الخصومات.


Read More
Published November 27, 2025 by Media Dakwah with 0 comment

Khutbah Jumat, Bahaya Hawa Nasfu

 


Khutbah I 

الْحَمْدُ لِلهِ وَاسِعِ الْفَضْلِ وَالْاِحْسَانِ، وَمُضَاعِفِ الْحَسَنَاتِ لِذَوِي الْاِيْمَانِ، اَلْغَنِيِّ الَّذِيْ لَمْ تَزَلْ سَحَائِبُ جُوْدِهِ تَسِحُّ الْخَيْرَاتِ كُلَّ وَقْتٍ وَأَوَانٍ، العَلِيْمِ الَّذِيْ لَا يَخْفَى عَلَيْهِ خَوَاطِرُ الْجَنَانِ، اَلْحَيِّ الْقَيُّوْمِ الَّذِيْ لَاتَغِيْضُ نَفَقَاتُهُ بِمَرِّ الدُّهُوْرِ وَالْأَزْمَانِ. أَحْمَدُهُ حَمْدًا يَفُوْقُ الْعَدَّ وَالْحُسْبَانَ، وَأَشْكُرُهُ شُكْرًا نَنَالُ بِهِ مِنْهُ مَوَاهِبَ الرِّضْوَانِ

أَشْهَدُ أَنْ لَا اِلَهَ اِلَّا الله وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ دَائِمُ الْمُلْكِ وَالسُّلْطَانِ. وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ وَخِيْرَتُهُ مِنْ نَوْعِ الْاِنْسَانِ، نَبِيٌّ رَفَعَ اللهُ بِهِ الْحَقَّ حَتَّى اِتَّضَحَ وَاسْتَبَانَ.

اللّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى أَلِهِ وَأَصْحَابِهِ أَهْلِ الصِّدْقِ وَالْاِحْسَانِ.

أَمَّا بَعْدُ: فَيَا عِبَادَ اللهِ أُوْصِيْكُمْ وَاِيَايَ أَوَّلاً بِتَقْوَى اللهِ تَعَالىَ وَطَاعَتِهِ بِامْتِثَالِ أَوَامِرِهِ وَاجْتِنَابِ نَوَاهِيْهِ.

 قَالَ اللهُ تَعَالَى فِيْ كِتَابِهِ الْكَرِيْمِ: اَلَّذِيۡنَ يُنۡفِقُوۡنَ اَمۡوَالَهُمۡ بِالَّيۡلِ وَالنَّهَارِ سِرًّا وَّعَلَانِيَةً فَلَهُمۡ اَجۡرُهُمۡ عِنۡدَ رَبِّهِمۡۚ وَلَا خَوۡفٌ عَلَيۡهِمۡ وَلَا هُمۡ يَحۡزَنُوۡنَ‏

Ma’asyiral Muslimin jamaah Jumat yang dirahmati Allah 

Kami selaku Khatib tak henti-hentinya mengajak dan mengingatkan kepada kami sendiri, keluarga dan semua jamaah yang hadir pada pelaksanaan shalat Jumat ini, untuk terus meningkatkan iman dan takwa, serta mengamalkan ajaran Islam dalam kehidupan sehari-hari. 

Ma’asyiral Muslimin jamaah Jumat yang dirahmati Allah 

Sebagai manusia kita dituntut untuk waspada dan berhati-hati terhadap nafsu buruk yang menunggu lengahnya diri seseorang jatuh pada kesenangan nafsu. Hawa nafsu adalah keinginan yang ada pada diri manusia yang sering kali mengarah pada hal-hal yang bertentangan dengan syariat Allah.

Dalam banyak ayat dan hadist disebutkan cela hawa nafsu sebagai inti dari akhlak buruk, nampak dalam perbuatan dan terselubung dengan sesuatu yang menutupinya dan sebagai pintu masuk kejahatan. 

Sebuah hadis Qudsi dalam Al-Kafi dari Imam Baqir dikatakan, Nabi Muhammad SAW telah bersabda, Allah SWT berfirman, Demi Kemulian-Ku, kebesaran-Ku, cahaya-Ku, keagungan-Ku, dan demi tingginya derajat-Ku, jika hamba-Ku lebih memilih hawa nagsunya dari pada harapan-Ku, Aku jadikan dia dalam kebingungan. Aku jadikan hidupnya di dunia ini dalam kesusahan dan hatinya terpikat pada dunia ini meskipun tidak Aku berikan kepadanya apa pun selain dari pada yang telah Aku takdirkan baginya. Demi kehormatan-Ku, kemualian-Ku, bila hamba-Ku lebih menyukai apa yang menjadi harapan-Ku dari pada hawa nafsu-Nya, malaikat-malaikat akan melindunginya, langit dan bumi akan menjamin rezeqi baginya, dan Aku menjaga jalan (perdagangan amal dan pahalnya) dan membawakan dunia untuknya meskipun ia (bumi) enggan dan menolaknya.

Hadist Qudsi tersebut adalah hadist sahih, yang teks dan kata-katanya memberi kesaksian akan keasliannya, dan sumbernya tak lain adalah Allah SWT, sumber dari semua pengetahuan.

Allah SWT berfirman dalam surat Al-Jatsiyah 23:

أَفَرَأَيْتَ مَنِ اتَّخَذَ إِلَهَهُ هَوَاهُ وَأَضَلَّهُ اللَّهُ عَلَى عِلْمٍ وَخَتَمَ عَلَى سَمْعِهِ وَقَلْبِهِ وَجَعَلَ عَلَى بَصَرِهِ غِشَاوَةً فَمَنْ يَهْدِيهِ مِنْ بَعْدِ اللَّهِ أَفَلا تَذَكَّرُونَ (23(

Artinya :  Maka pernahkah kamu melihat orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai tuhannya dan Allah membiarkannya sesat berdasarkan ilmu-Nya, dan Allah telah mengunci mati pendengaran dan hatinya dan meletakkan tutupan atas penglihatannya? Maka siapakah yang akan memberinya petunjuk sesudah Allah (membiarkan­nya sesat). Maka mengapa kamu tidak mengambil pelajaran?. (Al-Jatsiyah: 23)

 

Semakna dengan apa yang disebutkan oleh firman-Nya dalam surat Al-A’raf:186:

مَنْ يُضْلِلِ اللَّهُ فَلا هَادِيَ لَهُ وَيَذَرُهُمْ فِي طُغْيَانِهِمْ يَعْمَهُونَ(186(

Artinya :Barang siapa yang Allah sesatkan, maka baginya tak ada orang yang akan memberi petunjuk. Dan Allah membiarkan mereka terombang-ambing dalam kesesatan. (Al-A'raf: 186)

 

Ma’asyiral Muslimin jamaah Jumat yang dirahmati Allah 

Amirul Mukminin, Ali bin Ali Thalib mengatakan, “Aku khawatir atas kamu dua hal, yaitu sikap tunduk pada hawa nafsu dan memelihara keinginan yang tak terkendali. Karena nafsu itu menjauhkan kita dari haq (kebenaran, takwa, dan Allah); dan karena pengharapan yang tak terkendali membuat orang lupa akan hari kemudian.

Imam Asy-Sya’bi berkata : “dinamakan hawa (nafsu) karena menjatuhkan pemiliknya ke dalam neraka”. Maka hawa (nafsu) biang keladi dari semua celaka.

Dalam Al-Kafi, Imam Ja’far Ash-Shadiq berkata, berhati-hatilah terhadap nafsumu sebagaimana engkau berjaga diri dari musuhmu karena tidak ada musuh yang lebih berbahaya bagi manusia daripada nafsu mereka sendiri dan akibat dari segala yang mereka katakan. Ingatlah bahwa nafsu itu tidak ada habisnya dan takkan pernah terpuaskan. Bila seseorang melangkah setapak untuk menurutinya, ia akan terikat untuk melangkah lebih jauh. Jika ia tunduk pada salah satu nafsunya, ia akan segera dipaksa mengikuti sejumlah nafsu lain lagi. Jadi, setiaplangkah tunduk (pada nasfu) akan membuka dirimu terhadap sejumlah watak tercela yang menggiringnya dan melalui itu semua, engkau akan menjadi korban seribu macam hal yang amat dibenci, semua jalan menuju Allah tertutup bagi manusia yang menjadi budak nafsu”.

Ma’asyiral Muslimin jamaah Jumat yang dirahmati Allah. di akhir khutbah ini mari kita terus memohon kepada Allah untuk diberi kekuatan dan keistiqomahan dalam ketaatan dan ibadah dan selau dipermudah untuk menuju jalan yang diridhoi Allah SWT.


بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِيْ هَذَا الْيَوْمِ الْكَرِيْمِ، وَنَفَعَنِيْ وَاِيَاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ الصَّلَاةِ وَالصَّدَقَةِ وَتِلَاوَةِ الْقُرْاَنِ وَجَمِيْعِ الطَّاعَاتِ، وَتَقَبَّلَ مِنِّيْ وَمِنْكُمْ جَمِيْعَ أَعْمَالِنَا إِنَّهُ هُوَ الْحَكِيْمُ الْعَلِيْمُ، أَقُوْلُ قَوْلِيْ هَذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ لِيْ وَلَكُمْ، فَاسْتَغْفِرُوْهُ، اِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ

 

 Khutbah II 

اَلْحَمْدُ للهِ حَمْدًا كَمَا أَمَرَ. أَشْهَدُ أَنْ لَااِلَهَ اِلَّا الله وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، اِلَهٌ لَمْ يَزَلْ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ وَكِيْلًا. وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ وَحَبِيْبُهُ وَخَلِيْلُهُ، أَكْرَمِ الْأَوَّلِيْنَ وَالْأَخِرِيْنَ، اَلْمَبْعُوْثِ رَحْمَةً لِلْعَالَمِيْنَ. اللهم صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلىَ أَلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَمَنْ كَانَ لَهُمْ مِنَ التَّابِعِيْنَ، صَلَاةً دَائِمَةً بِدَوَامِ السَّمَوَاتِ وَالْأَرْضِيْنَ

 أَمَّا بَعْدُ: فَيَا أَيُّهَا الْحَاضِرُوْنَ اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَذَرُوْا الْفَوَاحِشَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ. وَحَافِظُوْا عَلَى الطَّاعَةِ وَحُضُوْرِ الْجُمْعَةِ وَالْجَمَاعَةِ وَالصَّوْمِ وَجَمِيْعِ الْمَأْمُوْرَاتِ وَالْوَاجِبَاتِ. وَاعْلَمُوْا أَنَّ اللهَ أَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ بَدَأَ بِنَفْسِهِ. وَثَنَى بِمَلَائِكَةِ الْمُسَبِّحَةِ بِقُدْسِهِ. إِنَّ اللَّهَ وَمَلائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيماً

 اَللّهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى أَلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى سَيِّدِنَا اِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى أَلِ سَيِّدِنَا اِبْرَاهِيْمَ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى أَلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى سَيِّدِنَا اِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى أَلِ سَيِّدِنَا اِبْرَاهِيْمَ فِيْ العَالَمِيْنَ اِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. اَللّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ اَلْأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وِالْأَمْوَاتِ. اَللّهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا الْبَلَاءَ وَالْغَلَاءَ وَالْوَبَاءَ وَالْفَحْشَاءَ وَالْمُنْكَرَ وَالْبَغْيَ وَالسُّيُوْفَ الْمُخْتَلِفَةَ وَالشَّدَائِدَ وَالْمِحَنَ، مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ، مِنْ بَلَدِنَا هَذَا خَاصَةً وَمِنْ بُلْدَانِ الْمُسْلِمِيْنَ عَامَةً، اِنَّكَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ

 عِبَادَ اللهِ، اِنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالْاِحْسَانِ وَاِيْتَاءِ ذِيْ الْقُرْبَى وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالْبَغْيِ، يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ. فَاذْكُرُوْا اللهَ الْعَظِيْمَ يَذْكُرُكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ

 

Read More

Rabu, 26 November 2025

Published November 26, 2025 by Media Dakwah with 0 comment

Materi untuk Penyuluhan kitab burdah bait 19-20

Bait Burdah ke-19 :

وَالنَّفْسُ كَالطِّفْلِ اِنْ تُهْمِلْهُ شَبَّ عَلى 

حُبِّ الرَضَاعِ وَاِنْ تَفْطِمْهُ يَنْفَطِمِ

 “Nafsu itu ibarat bayi, jika dirinya tetap menyusu ia akan terus menyusu, bila ia disapih maka ia akan berhenti.”

Setelah membicarakan keburukan hawa nafsu dan siasat/cara dalam mengalahkan hawa nafsu. Dalam bait ini penyair memperkuat ikhtiyar seorang yang sedang melawan nafsunya, bahwa dengan usanya yang kuat maka akan dapat memutus atau mengakhiri kemaksiatan yang berasal dari dorongan hawa nafsu dan Penyair mengibaratkan nafsu seperti bayi dengan Asi ibunya, dimana jika bayi terus tetap menyusu, maka bayi tersebut akan terus menyusu, bila ia disapih maka ia akan berhenti.

Sebagain ulama ditanya tentang Islam,

سُئِلَ بَعْضُهُمْ عَنِ الْأِسْلَامِ فَقَاَل ذَبْحُ النَّفْسِ بِسَيْفِ الْمُجَاهَدَةِ وَمَدَى الْمُخَالَفَةِ

Kemudian dijawab, Yaitu dengan membunuh hawa nafsunya dengan pedang mujahadah dan terus melawan keinginan hawa nafsu.

Ketika keterangan bait ini dikaitkan dengan bait sebelumnya فَلَا تَرُمْ باِلْمَعَاصِي كَسْرَشَهْوَتِهَا Maka jangan berharap dapat memecah syahwat dengan melakukan suatu kemaksiatan” artinya seorang yang ingin terbebas dari kebiasaan maksiat harus berhenti dari apa yang menjadi kebiasaanya. karena sesungguhnya syahwat Nafsu dalam kemaksiatan itu seperti seperti bayi, yang   jika dirinya tetap menyusu ia akan terus menyusu, bila ia disapih maka ia akan berhenti.

Artinya membiarkan dan mengabaikan hawa nafsu dalam dirinya, serta tidak ada penolakan dalam dirinya ketika nafsu menggoda untuk maksiat, maka kecenderungan terhadap maksiat akan menjadi kuat. Tetapi apabila ia meninggalkan kecenderungan yang mendesak untuk melakukan keburukan dan menyempurnakannya dengan melakukan riyadoh dan ketaatan, maka ia akan dihiasi dengan perhiasaan orang-orang yang taat, dan akan dihiasi dengan pakaian orang-orang yang bertakwa, dan akan bersinar dengan cemerlangnya sinar ilmu-ilmu keyakinan dan pengetahuan tentang Ketuhanan.

 

Bait Burdah ke-20 :

فَاصْرِفْ هَوَاهَا وَحَاذِرْ أَنْ تُوِلِّيَهُ 

إِنَّ اْلهَوى مَا تَوَلّى يُصِمْ أَوْيَصِم

Hindarilah keinginan nafsu, dan waspadalah agar nafsu tidak menguasaimu, sesungguhnya hawa nafsu itu apabila berkuasa akan membunuh atau menjelekan

 

Dalam bait ini penggunaan kata  حاذر mengandung suatu isyarat untuk waspada dan berhati-hati terhadap nafsu yang menunggu lengahnya diri seseorang jatuh pada kesenangan nafsu. Berpaling dari keinginan buruk nafsu dengan tidak mengikuti keinginannya sebab nafsu amarah mengajak kepada kesesatan tiada kebaikan baginya.

Imam al-Bajuri mengingatkan, bahwa nafsu itu melemparkan manusia kepada keinginan buruknya (hawa nafsu). Maka apabila hawa nafsu diberi kekuasaan dan berkuasa akan membuat seseorang hancur dan membuat cela pada dirinya.

Amirul Mukminin, Ali bin Ali Thalib mengatakan, “Aku khawatir atas kamu dua hal, yaitu sikap tunduk pada hawa nafsu dan memelihara keinginan yang tak terkendali. Karena nafsu itu menjauhkan kita dari haq (kebenaran, takwa, dan Allah); dan karena pengharapan yang tak terkendali membuat orang lupa akan hari kemudian.

Secara harfiah, kata “hawiyah” berarti mencintai, menggairahi, sangat menyukai sesuatu. Sesuatu sangat dikehendaki seseorang karena dorongan alamiyahnya. Jika tidak dikendalikan oleh akal dan syariat Islam maka wujud jasmaniah manusia cenderung pada gairah dan nafsu. Aka tetapi, kemungkinan penggunaan “hawa” sebagai istilah yang sah di sini (haqiqah Syar’iyyah) adalah dengan arti khusus, yakni kecenderungan pada isyarat-isyarat setan untuk menetapkan tujuan hidup demi kepuasan di luar syariat yang telah ditetapkan oleh Sang Pencipta.

Keburukan sikap tunduk pada nasfu menurut Al-Quran sebagaimana difirmankan oleh Allah SWT dalam surat Al-Qashah ayat 50-51:

فَإِنْ لَمْ يَسْتَجِيبُوا لَكَ فَاعْلَمْ أَنَّمَا يَتَّبِعُونَ أَهْوَاءَهُمْ وَمَنْ أَضَلُّ مِمَّنَ اتَّبَعَ هَوَاهُ بِغَيْرِ هُدًى مِنَ اللَّهِ إِنَّ اللَّهَ لا يَهْدِي الْقَوْمَ الظَّالِمِينَ (50) وَلَقَدْ وَصَّلْنَا لَهُمُ الْقَوْلَ لَعَلَّهُمْ يَتَذَكَّرُونَ (51(

Artinya : Maka jika mereka tidak menjawab (tantanganmu), ketahuilah bahwa sesungguhnya mereka hanyalah mengikuti hawa nafsu mereka (belaka). Dan siapakah yang lebih sesat daripada orang yang mengikuti hawa nafsunya dengan tidak mendapat petunjuk dari Allah sedikit pun. Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang zalim. Dan sesungguhnya telah Kami turunkan berturut-turut perkataan ini (Al-Qur'an) kepada mereka agar mereka mendapat pelajaran.(QS. Suart Al- Qashah: 50-51)

Ayat di atas menegaskan bahwa Allah SWT. Mencela tunduk pada nafsu. Dalam sebuah hadis Qudsi dalam Al-Kafi dari Imam Baqir dikatakan, Nabi Muhammad SAW telah bersabda, Allah SWT berfirman, Demi Kemulian-Ku, kebesaran-Ku, cahaya-Ku, keagungan-Ku, dan demi tingginya derajat-Ku, jika hamba-Ku lebih memilih hawa nagsunya dari pada harapan-Ku, Aku jadikan dia dalam kebingungan. Aku jadikan hidupnya di dunia ini dalam kesusahan dan hatinya terpikat pada dunia ini meskipun tidak Aku berikan kepadanya apa pun selain dari pada yang telah Aku takdirkan baginya. Demi kehormatan-Ku, kemualian-Ku, bila hamba-Ku lebih menyukai apa yang menjadi harapan-Ku dari pada hawa nafsu-Nya, malaikat-malaikat akan melindunginya, langit dan bumi akan menjamin rezeqi baginya, dan Aku menjaga jalan (perdagangan amal dan pahalnya) dan membawakan dunia untuknya meskipun ia (bumi) enggan dan menolaknya.

Hadist Qudsi tersebut adalah hadist sahih, yang teks dan kata-katanya memberi kesaksian akan keasliannya, dan sumbernya tak lain adalah Allah SWT, sumber dari semua pengetahuan.

Dalam banyak ayat dan hadist disebutkan cela hawa nafsu sebagai inti dari akhlak buruk, nampak dalam perbuatan dan terselubung dengan sesuatu yang menutupinya dan sebagai pintu masuk kejahatan. Allah SWT berfirman dalam surat Al-Jatsiyah 23:





أَفَرَأَيْتَ مَنِ اتَّخَذَ إِلَهَهُ هَوَاهُ وَأَضَلَّهُ اللَّهُ عَلَى عِلْمٍ وَخَتَمَ عَلَى سَمْعِهِ وَقَلْبِهِ وَجَعَلَ عَلَى بَصَرِهِ غِشَاوَةً فَمَنْ يَهْدِيهِ مِنْ بَعْدِ اللَّهِ أَفَلا تَذَكَّرُونَ (23(

Arttinya : Maka pernahkah kamu melihat orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai tuhannya dan Allah membiarkannya sesat berdasarkan ilmu-Nya, dan Allah telah mengunci mati pendengaran dan hatinya dan meletakkan tutupan atas penglihatannya? Maka siapakah yang akan memberinya petunjuk sesudah Allah (membiarkan­nya sesat). Maka mengapa kamu tidak mengambil pelajaran?. (Al-Jatsiyah: 23)

 

Semakna dengan apa yang disebutkan oleh firman-Nya:

مَنْ يُضْلِلِ اللَّهُ فَلا هَادِيَ لَهُ وَيَذَرُهُمْ فِي طُغْيَانِهِمْ يَعْمَهُونَ(186(

Artinya : Barang siapa yang Allah sesatkan, maka baginya tak ada orang yang akan memberi petunjuk. Dan Allah membiarkan mereka terombang-ambing dalam kesesatan. (Al-A'raf: 186)

Imam Asy-Sya’bi berkata : “dinamakan hawa (nafsu) karena menjatuhkan pemiliknya ke dalam neraka”. Maka hawa (nafsu) biang keladi dari semua celaka.

Dalam Al-Kafi, Imam Ja’far Ash-Shadiq berkata, berhati-hatilah terhadap nafsumu sebagaimana engkau berjaga diri dari musuhmu karena tidak ada musuh yang lebih berbahaya bagi manusia daripada nafsu mereka sendiri dan akibat dari segala yang mereka katakan. Ingatlah bahwa nafsu itu tidak ada habisnya dan takkan pernah terpuaskan. Bila seseorang melangkah setapak untuk menurutinya, ia akan terikat untuk melangkah lebih jauh. Jika ia tunduk pada salah satu nafsunya, ia akan segera dipaksa mengikuti sejumlah nafsu lain lagi. Jadi, setiaplangkah tunduk (pada nasfu) akan membuka dirimu terhadap sejumlah watak tercela yang menggiringnya dan melalui itu semua, engkau akan menjadi korban seribu macam hal yang amat dibenci, semua jalan menuju Allah tertutup bagi manusia yang menjadi budak nafsu”


Read More

Senin, 18 Agustus 2025

Published Agustus 18, 2025 by Media Dakwah with 0 comment

KUA PABEDILAN GELAR PELATIHAN "FIQH HAIDL"

Kantor Urusan Agama (KUA) Kecamatan Pabedilan melalui Penyuluh Agama Islam menginisiasi kegiatan penyuluhan dengan tema “Fiqih Haid” pada Jumat, 15 Agustus 2025. Kegiatan ini berlangsung di Majlis Pengajian Pimpinan Lebe Ihsan Di Desa Tersana, Kecamatan Pabedilan, Kabupaten Cirebon.

Dalam Kegiatan ini materi fikih Haidl di sampaikan oleh dua narasumber Pertama oleh Hj. Nur Ulfaturrohmah dari Ponpes Ar Ridwan Kalimukti dan Kedua oleh Rahmat Hidayatullah, S.Sy dari unsur Penyuluh Agama Islam KUA Kecamatan Pabedilan

Penyuluhan ini bertujuan memberikan edukasi mendalam terkait permasalahan haid yang jarang di sampaikan di Majlis Taklim dan sering kali menjadi kebingungan kalangan Wanita Muslimah. Materi disampaikan dengan detail oleh narasumber dengan Metode sosialisasi (ceramah) oleh narasumber dan dilanjutkan dengan tanya jawab dengan audiens.

Dalam hal ini Penyuluhan materi “Fiqih Haid” di Desa Tersana adalah sebagai pembuka kegiatan ini dan insyaAllah akan dilaksanakan di beberapa desa lain di wilayah kerja KUA Kecamatan Pabedilan.

Read More

Rabu, 13 Agustus 2025

Published Agustus 13, 2025 by Media Dakwah with 0 comment

DOA YANG BAGUS UNTUK PARA PENYULUH SEBELUM KE MAJLIS TAKLIM


Dalam kitab Adabul ‘Alim wal Muta’alim yang dikarang oleh Hadratussyakih KH. M. Hasyim As’ari disebutkan bahwa yang termasuk akhlak seorang guru dalam mengajar adalah tatkala meninggalkan rumah, hendaknya berdoa sesuai dengan doa yang telah diajarkan Nabi SAW, yaitu:

اَللّهُمَّ إِنِّيْ اَعُوْذُبِكَ اَنْ اَضِلَّ اَوْ اُضِلَّ اَوْ اَزِلَّ اَوْ اُزِلَّ اَوْ اَظْلَمَ اَوْ اُظْلِمَ اَوْ اَجْهِلَ اَوْ يُجْهَلَ عَلَيَّ عَزَّ جَارُكَ وَجَلَّ ثَنَاؤُكَ وَلَا اِلٰهَ غَيْرُكَ

Artinya : Ya Allah, aku berlindung kepada Mu dari berbuat sesat atau disesatkan, tergekincir atau digelincirkan, menzalimi atau dizalimi, melakukan kebodohan atau dibodohi orang lain. Besar perlindungan Mu dan mulia sanjunganMu. Tidak ada tuhan selainMu.”

Kemudian disambung dengan bacaan:

بِسْمِ اللهِ اٰمَنْتُ بِاللهِ اِعْتَصَمْتُ بِاللهِ وَتَوَكَّلْتُ عَلَى اللهِ وَلَا حَوْلَ وَلَا قُوَّةَ اِلَّا بِاللهِ، اَللّهُمَّ ثَبِّتْ جَنَانِيْ وَاَدْرِ اْلحَقَّ عَلٰى لِسَانِيْ

Artinya : Dengan menyebut nama Allah, aku beriman kepada Allah, aku berpegang teguh pada Allah. Aku bertawakkal kepada Allah. Tidak ada daya dan kekeuatan kecuali izin Allah. Ya Allah teguhkan hatiku dan tampakkan kebenaran pada lidahku.


Seorang Penyuluh Agama Islam adalah figur yang memiliki Tugas pokok dan fungsi penyuluh agama yang meliputi pelaksanaan kegiatan dakwah dan pengajaran agama yang langsung bersentuhan dengan masyarakat. Sehingga doa diatas sangat utama untuk di amalkan sebelum menuju tempat Majlis Taklim atau kegiatan Penyuluhan di masyarakat. Semoga bermanfaat


Read More

Senin, 14 Juli 2025

Published Juli 14, 2025 by Media Dakwah with 0 comment

Fenomena Istiwa A'zam 15-16 Juli, Kesempatan Kalibrasi Mandiri


Kementerian Agama (Kemenag) mengumumkan bahwa pada tanggal 15 dan 16 Juli 2025 akan ada fenomena Istiwa A'zam. Peristiwa Ini merupakan momen langka ketika matahari melintas persis di atas Ka'bah.

fenomena Istiwa A'zam, bayangan semua benda yang berdiri tegak lurus bakal menunjuk arah berlawanan dari kiblat. Jadi, buat Anda yang ingin memastikan arah kiblat di rumah atau musala, ini kesempatan emas! Anda bisa mengukur atau mengkalibrasi sendiri tanpa ribet.

Dikutip dari situs resmi kemanag disebutkan bahwa Masyarakat dapat memanfaatkan momen ini untuk mengukur atau mengkalibrasi arah kiblat secara mandiri. Direktur Urusan Agama Islam dan Bina Syariah Kemenag, Arsad Hidayat, menjelaskan, berdasarkan kajian ilmu falak, terdapat berbagai metode untuk menentukan arah kiblat, seperti penggunaan kompas, teodolit, hingga memanfaatkan fenomena Istiwa A‘zam.

“Peristiwa Istiwa A‘zam atau Rashdul Kiblat akan terjadi pada Selasa dan Rabu, 15 dan 16 Juli 2025, yang bertepatan dengan 19 dan 20 Muharam 1447 H, pukul 16.27 WIB atau 17.27 WITA. Pada saat itu, matahari berada tepat di atas Ka'bah,” ujar Arsad di Jakarta, Jumat (11/7/2025). 

Cara Cek Arah Kiblat saat Istiwa A'zam

  1. Cari Lokasi Terbuka dan Datar. Pastikan cahaya matahari bisa langsung masuk, tanpa terhalang bangunan atau pepohonan.
  1. Siapkan Benda Tegak. Gunakan tongkat, batang kayu, atau benang berbandul yang bisa berdiri tegak lurus.
  1. Pastikan Jam Akurat. Gunakan jam yang sudah sinkron dengan waktu resmi (misalnya dari BMKG atau jam digital berbasis internet).
  1. Pasang Tegak Lurus. Tancapkan tongkat ke tanah atau gantungkan benang bandul secara vertikal sempurna.
  1. Tunggu Jam 16.27 WIB. Saat itulah matahari berada tepat di atas Ka'bah.
  1. Amati Bayangan. Bayangan benda tegak akan muncul di tanah. Arah bayangan ini adalah kebalikan arah kiblat.
     7. Tarik Garis Arah Kiblat. Hubungkan ujung bayangan dengan dasar benda. Arah sebaliknya dari bayangan itulah arah kiblat yang benar

 

Read More

Rabu, 09 Juli 2025

Published Juli 09, 2025 by Media Dakwah with 0 comment

Khutbah Jumat, Meneladani Kedermawanan Rasulullah SAW

 


Khutbah I 

الْحَمْدُ لِلهِ وَاسِعِ الْفَضْلِ وَالْاِحْسَانِ، وَمُضَاعِفِ الْحَسَنَاتِ لِذَوِي الْاِيْمَانِ، اَلْغَنِيِّ الَّذِيْ لَمْ تَزَلْ سَحَائِبُ جُوْدِهِ تَسِحُّ الْخَيْرَاتِ كُلَّ وَقْتٍ وَأَوَانٍ، العَلِيْمِ الَّذِيْ لَا يَخْفَى عَلَيْهِ خَوَاطِرُ الْجَنَانِ، اَلْحَيِّ الْقَيُّوْمِ الَّذِيْ لَاتَغِيْضُ نَفَقَاتُهُ بِمَرِّ الدُّهُوْرِ وَالْأَزْمَانِ. أَحْمَدُهُ حَمْدًا يَفُوْقُ الْعَدَّ وَالْحُسْبَانَ، وَأَشْكُرُهُ شُكْرًا نَنَالُ بِهِ مِنْهُ مَوَاهِبَ الرِّضْوَانِ

أَشْهَدُ أَنْ لَا اِلَهَ اِلَّا الله وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ دَائِمُ الْمُلْكِ وَالسُّلْطَانِ. وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ وَخِيْرَتُهُ مِنْ نَوْعِ الْاِنْسَانِ، نَبِيٌّ رَفَعَ اللهُ بِهِ الْحَقَّ حَتَّى اِتَّضَحَ وَاسْتَبَانَ. اللّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى أَلِهِ وَأَصْحَابِهِ أَهْلِ الصِّدْقِ وَالْاِحْسَانِ. أَمَّا بَعْدُ: فَيَا عِبَادَ اللهِ أُوْصِيْكُمْ وَاِيَايَ أَوَّلاً بِتَقْوَى اللهِ تَعَالىَ وَطَاعَتِهِ بِامْتِثَالِ أَوَامِرِهِ وَاجْتِنَابِ نَوَاهِيْهِ. قَالَ اللهُ تَعَالَى فِيْ كِتَابِهِ الْكَرِيْمِ: اَلَّذِيۡنَ يُنۡفِقُوۡنَ اَمۡوَالَهُمۡ بِالَّيۡلِ وَالنَّهَارِ سِرًّا وَّعَلَانِيَةً فَلَهُمۡ اَجۡرُهُمۡ عِنۡدَ رَبِّهِمۡۚ وَلَا خَوۡفٌ عَلَيۡهِمۡ وَلَا هُمۡ يَحۡزَنُوۡنَ‏

Ma’asyiral Muslimin jamaah Jumat yang dirahmati Allah 

Kami selaku Khatib tak henti-hentinya mengajak dan mengingatkan kepada kami sendiri, keluarga dan semua jamaah yang hadir pada pelaksanaan shalat Jumat ini, untuk terus meningkatkan iman dan takwa, serta mengamalkan ajaran Islam dalam kehidupan sehari-hari. 

Ma’asyiral Muslimin jamaah Jumat yang dirahmati Allah 

Termasuk akhlaq mulia yang diajarkan oleh Nabi bagi seorang muslim adalah saling mengasihi, suka memberi pertolongan ketika orang lain membutuhkan dan bersedekah. 

Rasulullah adalah orang suka memberi. Tidak menimbun harta kekayaan untuk diri atau keluarga sendiri. Rasulullah tidak segan-segan memberikan hartanya kepada sahabat yang membutuhkan, meski dirinya pada saat itu juga dalam keadaan butuh. Kedermawanan Rasulullah tidak diragukan lagi. Sehingga Anas bin Malik, salah satu pelayan Rasulullah, menilai kalau Rasulullah adalah orang paling dermawan (ajwadun nas). 

Dalam hadist disebutkan:

 كَانَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَجْوَدَ النَّاسِ بِالْخَيْرِ ، وَكَانَ أَجْوَدَ مَا يَكُوْنُ فِيْ شَهْرِ رَمَضَانَ حَتَّى يَنْسَلِخَ ، فَيَأْتِيْهِ جِبْرِيْلُ فَيُعْرَضُ عَلَيْهِ اْلقُرْآنَ ، فَإِذًا لَقِيَهَ جِبْرِيْلُ كَانَ رسُوْلُ اللهِ أَجْوَدَ بِاْلخَيْرِ مِنَ الرِّيْحِ الْمُرْسَلَةِ

Artinya : "Rasulullah SAW merupakan orang yang paling dermawan. Kedermawanan beliau semakin meningkat pada bulan Ramadhan saat malaikat Jibril menemui beliau. Ia menemui Rasulullah SAW. setiap malam bulan Ramadhan, lalu ia mengajari Rasulullah SAW. al-Qur'an. Sungguh, kedermawanan Rasulullah SAW. dalam kebaikan melebihi angin yang berhembus". (H.R. Al-Bukhari).

Ma’asyiral Muslimin jamaah Jumat yang dirahmati Allah 

Rasulullah ﷺ adalah uswatun hasanah yang harus jadi panutan kita dalam mengarungi hidup dan kehidupan ini. Beliau merupakan sosok yang ramah, amanah, dan jauh dari kata pemarah. Beliau adalah orang yang paling dermawan bahkan dengan orang yang memusuhinya sekalipun. Saking dermawannya beliau tidak pernah menolak atau mengatakan ‘tidak’ jika ada seseorang yang meminta bantuannya.

Dari Abu Hurairah Radhiyallahu ‘anhu bahwa Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

مَنْ نَفَّسَ عَنْ مُؤْمِنٍ كُرْبَةً مِنْ كُرَبِ الدُّنْيَا، نَفَّسَ اللهُ عَنْهُ كُرْبَةً مِنْ كُرَبِ يَوْمِ الْقِيَامَةِ، وَمَنْ يَسَّرَ عَلَى مُعْسِرٍ يَسَّرَ اللهُ عَلَيْهِ فِي الدُّنْيَا وَالْآخِرَةِ، وَاللهُ فِيْ عَوْنِ الْعَبْدِ مَا كَانَ الْعَبْدُ فِي عَوْنِ أَخِيْهِ.

Artinya : “Barangsiapa menghilangkan suatu kesusahan dari seorang muslim dari kesusahan-kesusahan dunia, niscaya Allah akan menghilangkan darinya kesusahan dari kesusahan-kesusahan akhirat. Dan barangsiapa yang memberi kemudahan kepada orang yang mu’sir (kesulitan membayar hutang), niscaya Allah akan memudahkannya di dunia dan di akhirat. Dan Allah selalu menolong hamba-Nya selama hamba tersebut menolong saudaranya.”

Ma’asyiral Muslimin jamaah Jumat yang dirahmati Allah 

Banyak sekali dalil yang menunjukan keutamaan orang yang berlaku dermawan dalam hidupnya, diantaranya dalam Al-Qur’an Allah SWT memberi keutamaan besar bagi yang mau menyedekahkan hartanya untuk menggapai ridha Allah SWT. Dalam Al-Qur’an surat AL-Baqarah: 274 Allah SWT berfirman:

اَلَّذِيۡنَ يُنۡفِقُوۡنَ اَمۡوَالَهُمۡ بِالَّيۡلِ وَالنَّهَارِ سِرًّا وَّعَلَانِيَةً فَلَهُمۡ اَجۡرُهُمۡ عِنۡدَ رَبِّهِمۡۚ وَلَا خَوۡفٌ عَلَيۡهِمۡ وَلَا هُمۡ يَحۡزَنُوۡنَ‏  ٢٧٤

Artinya : Orang-orang yang menginfakkan hartanya malam dan siang hari (secara) sembunyi-sembunyi maupun terang-terangan, mereka mendapat pahala di sisi Tuhannya. Tidak ada rasa takut pada mereka dan mereka tidak bersedih hati.

Ma’asyiral Muslimin jamaah Jumat yang dirahmati Allah 

Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam pernah bersabda,

أَلرَّاحِمُوْنَ يَرْحَمُهُمْ الرَّحْمٰنُ تَبَارَكَ وَتَعَالٰى؛ ِارْحَمُوْا مَنْ فِي اْلأَرْضِ يَرْحَمْكُمْ مَنْ فِي السَّمَاءِ.

Artinya : “Orang yang memberi kasih sayang, maka dia akan mendapatkan kasih sayang dari Ar-Rahman (Allah) Tabaraka Wata’ala. Sayangilah orang yang di bumi, niscaya kamu akan mendapatkan kasih sayang dari Yang berada di atas langit (Allah).” (HR. Abu Dawud)

بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِيْ هَذَا الْيَوْمِ الْكَرِيْمِ، وَنَفَعَنِيْ وَاِيَاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ الصَّلَاةِ وَالصَّدَقَةِ وَتِلَاوَةِ الْقُرْاَنِ وَجَمِيْعِ الطَّاعَاتِ، وَتَقَبَّلَ مِنِّيْ وَمِنْكُمْ جَمِيْعَ أَعْمَالِنَا إِنَّهُ هُوَ الْحَكِيْمُ الْعَلِيْمُ، أَقُوْلُ قَوْلِيْ هَذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ لِيْ وَلَكُمْ، فَاسْتَغْفِرُوْهُ، اِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ


Khutbah II 

اَلْحَمْدُ للهِ حَمْدًا كَمَا أَمَرَ. أَشْهَدُ أَنْ لَااِلَهَ اِلَّا الله وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، اِلَهٌ لَمْ يَزَلْ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ وَكِيْلًا. وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ وَحَبِيْبُهُ وَخَلِيْلُهُ، أَكْرَمِ الْأَوَّلِيْنَ وَالْأَخِرِيْنَ، اَلْمَبْعُوْثِ رَحْمَةً لِلْعَالَمِيْنَ. اللهم صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلىَ أَلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَمَنْ كَانَ لَهُمْ مِنَ التَّابِعِيْنَ، صَلَاةً دَائِمَةً بِدَوَامِ السَّمَوَاتِ وَالْأَرْضِيْنَ

 أَمَّا بَعْدُ: فَيَا أَيُّهَا الْحَاضِرُوْنَ اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَذَرُوْا الْفَوَاحِشَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ. وَحَافِظُوْا عَلَى الطَّاعَةِ وَحُضُوْرِ الْجُمْعَةِ وَالْجَمَاعَةِ وَالصَّوْمِ وَجَمِيْعِ الْمَأْمُوْرَاتِ وَالْوَاجِبَاتِ. وَاعْلَمُوْا أَنَّ اللهَ أَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ بَدَأَ بِنَفْسِهِ. وَثَنَى بِمَلَائِكَةِ الْمُسَبِّحَةِ بِقُدْسِهِ. إِنَّ اللَّهَ وَمَلائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيماً

 اَللّهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى أَلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى سَيِّدِنَا اِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى أَلِ سَيِّدِنَا اِبْرَاهِيْمَ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى أَلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى سَيِّدِنَا اِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى أَلِ سَيِّدِنَا اِبْرَاهِيْمَ فِيْ العَالَمِيْنَ اِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. اَللّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ اَلْأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وِالْأَمْوَاتِ. اَللّهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا الْبَلَاءَ وَالْغَلَاءَ وَالْوَبَاءَ وَالْفَحْشَاءَ وَالْمُنْكَرَ وَالْبَغْيَ وَالسُّيُوْفَ الْمُخْتَلِفَةَ وَالشَّدَائِدَ وَالْمِحَنَ، مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ، مِنْ بَلَدِنَا هَذَا خَاصَةً وَمِنْ بُلْدَانِ الْمُسْلِمِيْنَ عَامَةً، اِنَّكَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ

 عِبَادَ اللهِ، اِنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالْاِحْسَانِ وَاِيْتَاءِ ذِيْ الْقُرْبَى وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالْبَغْيِ، يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ. فَاذْكُرُوْا اللهَ الْعَظِيْمَ يَذْكُرُكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ

Read More

Sabtu, 05 Juli 2025

Published Juli 05, 2025 by Media Dakwah with 0 comment

Materi PAI, Nasihat Sahabat Abu Bakar ra


Sahabat Abu Bakar ra berkata:

 ولا خير في قول لا يراد به وجه الله تعالى


ولا خير في مال لا ينفق في سبيل الله عز وجل 


ولا خير فيمن يغلب جهله خلمه


ولا خير فيمن يخاف في الله لومة لائم


Tidak ada bagusnya suatu ucapan yang tidak dimaksudkan untuk mencari ridha Allah


Tidak ada bagusnya harta yang tidak diinfakan di jalan Allah SWT


Tidak ada bagusnya orang yang kebodohannya mengalahkan kearifannya


Dan tidak ada bagusnya orang yang takut cacian di jalan Allah SWT dari orang yang suka mencaci


Editor: Rahmat H

PAI Kec Pabedilan

Read More

Rabu, 02 Juli 2025

Published Juli 02, 2025 by Media Dakwah with 0 comment

Khutbah Jumat, Kesunnahan Puasa Tasyu'a dan 'Asyuro

 


Khutbah I

الْحَمْدُ لِلهِ وَاسِعِ الْفَضْلِ وَالْاِحْسَانِ، وَمُضَاعِفِ الْحَسَنَاتِ لِذَوِي الْاِيْمَانِ، اَلْغَنِيِّ الَّذِيْ لَمِ تَزَلْ سَحَائِبُ جُوْدِهِ تَسِحُّ الْخَيْرَاتِ كُلَّ وَقْتٍ وَأَوَانٍ، العَلِيْمِ الَّذِيْ لَا يَخْفَى عَلَيْهِ خَوَاطِرُ الْجَنَانِ، اَلْحَيِّ الْقَيُّوْمِ الَّذِيْ لَاتَغِيْضُ نَفَقَاتُهُ بِمَرِّ الدُّهُوْرِ وَالْأَزْمَانِ. أَحْمَدُهُ حَمْدًا يَفُوْقُ الْعَدَّ وَالْحُسْبَانَ، وَأَشْكُرُهُ شُكْرًا نَنَالُ بِهِ مِنْهُ مَوَاهِبَ الرِّضْوَانِ

أَشْهَدُ أَنْ لَا اِلَهَ اِلَّا الله وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ دَائِمُ الْمُلْكِ وَالسُّلْطَانِ. وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ وَخِيْرَتُهُ مِنْ نَوْعِ الْاِنْسَانِ، نَبِيٌّ رَفَعَ اللهُ بِهِ الْحَقَّ حَتَّى اتَّضَحَ وَاسْتَبَانَ. اللّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى أَلِهِ وَأَصْحَابِهِ أَهْلِ الصِّدْقِ وَالْاِحْسَانِ. أَمَّا بَعْدُ: فَيَا عِبَادَ اللهِ أُوْصِيْكُمْ وَاِيَايَ أَوَّلاً بِتَقْوَى اللهِ تَعَالىَ وَطَاعَتِهِ بِامْتِثَالِ أَوَامِرِهِ وَاجْتِنَابِ نَوَاهِيْهِ. قَالَ اللهُ تَعَالَى فِيْ كِتَابِهِ الْكَرِيْمِ: إِنَّ عِدَّةَ الشُّهُورِ عِندَ اللَّهِ اثْنَا عَشَرَ شَهْراً فِي كِتَابِ اللَّهِ يَوْمَ خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالأَرْضَ مِنْهَآ أَرْبَعَةٌ حُرُمٌ ذَلِكَ الدِّينُ الْقَيِّمُ فَلاَ تَظْلِمُواْ فِيهِنَّ أَنْفُسَكُمْ

Ma’asyiral Muslimin jamaah Jumat yang dirahmati Allah

 

Kami selaku Khatib tak henti-hentinya mengajak dan mengingatkan kepada kami sendiri, keluarga dan semua jamaah yang hadir pada pelaksanaan shalat Jumat ini, untuk terus meningkatkan iman dan takwa, serta mengamalkan ajaran Islam dalam kehidupan sehari-hari. Dengan terus berusaha meningkatkan iman dan takwa.

Ma’asyiral Muslimin jamaah Jumat yang dirahmati Allah

Bulan Muharram memiliki keutamaan yang sangat istimewa dalam Islam. Sebagai salah satu dari empat bulan terhormat (haram) yang disebutkan dalam Al-Qur'an, bulan ini merupakan bulan suci dan dihormati.

Allah SWT berfirman dalam surat at-Taubah ayat, 36:

إِنَّ عِدَّةَ الشُّهُورِ عِندَ اللَّهِ اثْنَا عَشَرَ شَهْراً فِي كِتَابِ اللَّهِ يَوْمَ خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالأَرْضَ مِنْهَآ أَرْبَعَةٌ حُرُمٌ ذَلِكَ الدِّينُ الْقَيِّمُ فَلاَ تَظْلِمُواْ فِيهِنَّ أَنْفُسَكُمْ

Artinya: “Sesungguhnya jumlah bulan menurut Allah ialah dua belas bulan, (sebagaimana) dalam ketetapan Allah pada waktu Dia menciptakan langit dan bumi, di antaranya ada empat bulan haram. Itulah (ketetapan) agama yang lurus, maka janganlah kamu menzalimi dirimu dalam (bulan yang empat) itu,” (QS At-Taubah [9]: 36).


Bulan-bulan haram ini memiliki keistimewaan dan kedudukan yang tinggi dalam Islam. Di bulan-bulan haram ini, umat Islam dianjurkan untuk melakukan berbagai amalan kebaikan, seperti memperbanyak ibadah, bersedekah, dan berbuat baik kepada sesama. Selain itu, di bulan-bulan haram ini juga dilarang untuk melakukan perbuatan tercela, seperti berperang dan melakukan perbuatan maksiat.


Imam Al-Baghawi dalam kitab Ma’alimut Tanzil fi Tafsiril Qur’an, jilid IV, halaman 44:

 

 العَمَلُ الصَّالِحُ أَعْظَمُ أَجْرًا فِي الْأَشْهُرِ الْحُرُمِ، وَالظُّلْمُ فِيْهِنَّ أَعْظَمُ مِنَ الظُّلْمِ فِيْمَا سِوَاهُنَّ

Artinya: “Amal saleh lebih besar pahalanya pada bulan-bulan haram (Dzulqa’dah, Dzulhijah, Muharram, dan Rajab). Sedangkan perbuatan zalim pada bulan tersebut (juga) lebih besar dari zalim di bulan-bulan selainnya.”

 

 Ma’asyiral Muslimin jamaah Jumat yang dirahmati Allah

Bulan Muharom sebagai awal tahun baru Islam juga Menumbuhkan semangat untuk berbenah dan semakin giat dalam melakukan kebaikan dan ibadah di setiap harinya merupakan salah satu ciri khas orang beriman. Rasulullah telah mengingatkan kepada kita semua, bahwa siapa saja yang hari-harinya lebih baik dari sebelumnya, maka ia adalah orang yang beruntung, namun jika sebaliknya, maka ia adalah orang yang terlaknat. Dalam salah satu hadits, Nabi saw bersabda:

 

 مَنْ كَانَ يَوْمُهُ خَيْرًا مِنْ أَمْسِهِ فَهُوَ رَابِحٌ. وَمَنْ كَانَ يَوْمُهُ مِثْلَ أَمْسِهِ فَهُوَ مَغْبُوْنٌ. وَمَنْ كَانَ يَوْمُهُ شَرًّا مِنْ أَمْسِهِ فَهُوَ مَلْعُوْنٌ

 

Artinya: “Siapa saja yang hari ini lebih baik dari hari kemarin, maka ia termasuk orang yang beruntung. Siapa saja yang hari ini sama dengan hari kemarin, maka ia termasuk orang yang merugi. Dan, siapa saja yang hari ini lebih buruk dari hari kemarin, maka ia adalah orang yang dilaknat (celaka).” (HR Al-Hakim).

 

 Ma’asyiral Muslimin jamaah Jumat yang dirahmati Allah

 Dalam Muharam, ada hari-hari yang dianjurkan untuk beribadah yaitu ibadah puasa. Di antaranya Tasu’a dan Asyura (hari kesembilan dan kesepuluh Muharam). puasa Tasua (9 Muharram) atau Sabtu, 5 Juli 2025. Sementara puasa Asyura (10 Muharram) dilaksanakan pada Minggu, 6 Juli 2025.

Manusia biasa tentu banyak melakukan dosa. Jika demikian, tentu butuh minta ampunan. Puasa Asyura merupakan puasa sunnah. Rasulullah bersabda:

 

وَسُئِلَ عَنْ صَوْمِ يَوْمِ عَرَفَةَ فَقَالَ « يُكَفِّرُ السَّنَةَ الْمَاضِيَةَ وَالْبَاقِيَةَ ». قَالَ وَسُئِلَ عَنْ صَوْمِ يَوْمِ عَاشُورَاءَ فَقَالَ « يُكَفِّرُ السَّنَةَ الْمَاضِيَةَ

“Nabi shallallahu ’alaihi wa sallam ditanya mengenai keutamaan puasa Arafah? Beliau menjawab, ”Puasa Arafah akan menghapus dosa setahun yang lalu dan setahun yang akan datang.” Beliau juga ditanya mengenai keistimewaan puasa Asyura? Beliau menjawab, ”Puasa Asyura akan menghapus dosa setahun yang lalu.” (HR. Muslim No 1162)

 Kiranya dengan kita berada di bulan Muharram sebagai momentum untuk meningkatkan kualitas ibadah, meningkatkan tanggung jawab, meningkatkan kewajiban dan kebaikan-kebaikan yang lainnya. Sebab sangat merugi ketika Allah memberikan nikmat datangnya hari-hari yang baru bagi kita, di mana umur semakin berkurang, sementara kita tidak melakukan manfaat sedikit un di hari itu


بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِيْ هَذَا الْيَوْمِ الْكَرِيْمِ، وَنَفَعَنِيْ وَاِيَاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ الصَّلَاةِ وَالصَّدَقَةِ وَتِلَاوَةِ الْقُرْاَنِ وَجَمِيْعِ الطَّاعَاتِ، وَتَقَبَّلَ مِنِّيْ وَمِنْكُمْ جَمِيْعَ أَعْمَالِنَا إِنَّهُ هُوَ الْحَكِيْمُ الْعَلِيْمُ، أَقُوْلُ قَوْلِيْ هَذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ لِيْ وَلَكُمْ، فَاسْتَغْفِرُوْهُ، اِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ

 

Khutbah II

اَلْحَمْدُ للهِ حَمْدًا كَمَا أَمَرَ. أَشْهَدُ أَنْ لَااِلَهَ اِلَّا الله وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، اِلَهٌ لَمْ يَزَلْ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ وَكِيْلًا. وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ وَحَبِيْبُهُ وَخَلِيْلُهُ، أَكْرَمِ الْأَوَّلِيْنَ وَالْأَخِرِيْنَ، اَلْمَبْعُوْثِ رَحْمَةً لِلْعَالَمِيْنَ. اللهم صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلىَ أَلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَمَنْ كَانَ لَهُمْ مِنَ التَّابِعِيْنَ، صَلَاةً دَائِمَةً بِدَوَامِ السَّمَوَاتِ وَالْأَرْضِيْنَ

 أَمَّا بَعْدُ: فَيَا أَيُّهَا الْحَاضِرُوْنَ اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَذَرُوْا الْفَوَاحِشَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ. وَحَافِظُوْا عَلَى الطَّاعَةِ وَحُضُوْرِ الْجُمْعَةِ وَالْجَمَاعَةِ وَالصَّوْمِ وَجَمِيْعِ الْمَأْمُوْرَاتِ وَالْوَاجِبَاتِ. وَاعْلَمُوْا أَنَّ اللهَ أَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ بَدَأَ بِنَفْسِهِ. وَثَنَى بِمَلَائِكَةِ الْمُسَبِّحَةِ بِقُدْسِهِ. إِنَّ اللَّهَ وَمَلائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيماً

 اَللّهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى أَلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى سَيِّدِنَا اِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى أَلِ سَيِّدِنَا اِبْرَاهِيْمَ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى أَلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى سَيِّدِنَا اِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى أَلِ سَيِّدِنَا اِبْرَاهِيْمَ فِيْ العَالَمِيْنَ اِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. اَللّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ اَلْأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وِالْأَمْوَاتِ. اَللّهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا الْبَلَاءَ وَالْغَلَاءَ وَالْوَبَاءَ وَالْفَحْشَاءَ وَالْمُنْكَرَ وَالْبَغْيَ وَالسُّيُوْفَ الْمُخْتَلِفَةَ وَالشَّدَائِدَ وَالْمِحَنَ، مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ، مِنْ بَلَدِنَا هَذَا خَاصَةً وَمِنْ بُلْدَانِ الْمُسْلِمِيْنَ عَامَةً، اِنَّكَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ

 عِبَادَ اللهِ، اِنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالْاِحْسَانِ وَاِيْتَاءِ ذِيْ الْقُرْبَى وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالْبَغْيِ، يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ. فَاذْكُرُوْا اللهَ الْعَظِيْمَ يَذْكُرُكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ

 

 

Dirangkum dari berbagai sumber oleh : Rahmat H

PAI KUA Kecamatan Pabedilan

Read More