Dalam kitab At-Tibyan Fi hamalatil Qur'an disebutkan bahwa ketika seorang membaca Al-Quran hendaknya membaca dengan keadaan hati yang khusyu' dan mentadabburi apa yang dibaca, sehingga ia tidak hanya mendapat keutamaan membaca Al-Quran, tapi juga memperoleh hikmah dari mentadabbur Al-Quran.
Sebagaimana di sebutkan dalam Al-Quran Allah SWT berfirman,
أَفَلا يَتَدَبَّرُونَ الْقُرْآنَ
Maka apakah mereka tidak memperhatikan Al-Qur'an? .... (QS. An-Nisa : 82)
Dalam ayat lain disebutkan.
كِتَابٌ أَنزلْنَاهُ إِلَيْكَ مُبَارَكٌ لِيَدَّبَّرُوا آيَاتِهِ وَلِيَتَذَكَّرَ أُولُو الألْبَابِ
Ini adalah sebuah kitab yang Kami turunkan kepadamu penuh dengan berkah supaya mereka memperhatikan ayat-ayatnya dan supaya mendapat pelajaran orang-orang yang mempunyai pikiran. (Shad: 29)
Lalu apa yang dimaksud dengan tadabbur Al-Qur'an
Seorang ahli Ilmu Fawwaz Ahmad Zamraly dalam bukunya Kayfa Tadabbur Al-Quran mengatakan bahwa tadabbur Al-Quran adalah kegiatan membaca Al-Quran yang dirangkaikan dengan pemahaman yang mendalam dan komprehensif terhadap apa yang dibaca dari ayat-ayat Al-Quran. Pembacaan ini disertai dengan hadirnya hati untuk menyelaminya dan menghayatinya, tunduk dan patuhnya seluruh anggota badan untuk mengamalkan segala sesuatu yang dituntut oleh Al-Quran untuk diamalkan.
Jadi, dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa ada tiga unsur penting dalam tadabbur Al-Quran, yaitu 1) membaca Al-Quran dengan lidah, 2) memahami dengan akal pikiran apa yang dibaca, 3) menghayati dengan hati apa yang dibaca, dan 4) mengamalkan dengan seluruh anggota badan apa yang dituntut oleh Al-Quran.
Fawwaz Ahmad Zamraly selanjutnya mengatakan bahwa, “Seorang mukmin yang berakal waras dan sehat, apabila dia membaca Al-Quran dia harus memahami, mendalami dan menghayati Al-Quran sehingga Al-Quran bagaikan cermin yang dengannya dia dapat melihat di dalam Al-Quran apa yang baik yang harus dilakukan, dan dapat melihat yang buruk yang harus ditinggalkan. Apa yang diminta ditinggalkan oleh Al-Quran, harus dia tinggalkan. Apa yang diminta ditakuti dari siksaannya, dia harus takuti. Apa yang dicintai dan disukai oleh Allah, harus dia penuhi dan mengharapkannya.
Al-Hasan Al-Basri mengatakan, "Demi Allah, bukanlah cara mengambil pelajaran dari Al-Qur'an itu dengan menghafal huruf-hurufnya, tetapi menyia-nyiakan batasan-batasannya, sehingga seseorang dari mereka (yang tidak mengindahkan batasan-batasannya) mengatakan" Aku telah membaca seluruh Al-Qur'an', tetapi pada dirinya tidak ada ajaran Al-Qur'an yang disandangnya, baik pada akhlaknya ataupun pada amal perbuatannya."
Dari pembahasan ini semoga menjadi motivasi untuk lebih dekat dengan Al-Quran dengan tidak hanya istiqomah membacanya tapi juga mentadabburi Al-Quran.
Sumber: https://www.nu.or.id/hikmah/ibrahim-al-khawwash-ulama-sufi-pemilik-segudang-kata-mutiara-dPw5U
___
Download NU Online Super App, aplikasi keislaman terlengkap! https://nu.or.id/superapp (Android/iOS)
Sumber: https://www.nu.or.id/hikmah/ibrahim-al-khawwash-ulama-sufi-pemilik-segudang-kata-mutiara-dPw5U
___
Download NU Online Super App, aplikasi keislaman terlengkap! https://nu.or.id/superapp (Android/iOS)

0 comments:
Posting Komentar